Pandemic in 2020: questioning my introversion

Hey there. I have been working from home for a few months now due to the novel coronavirus pandemic. I found out I was not too productive although before this I am not productive too.

But being home means I have almost no boundaries to work and seperate myself from house’s errands and attention to people at home. So tiring sometimes I got through the day with one mere focus: to survive.

So this thing happens, like it has always been: I rearranged my room in order for me to work from my bedroom, not other rooms in the house, so I am going to work in my authorised zone. But I saw patterns, that I would rearrange my space or any other spaces at home out of boredom, or for particular reasons which I mostly have forgotten already.

So yeah I feel stressed like 4 days a week and I question my introversion. These past few years I think I turned into an introvert because of depression etc, but recently I am so bored so I might be borderline extrovert.

I wish when I die people discover this blog and can get to know me better, at least they read my legacy.

Kepribadian NT dan Krisis Keberadaan

Ada banyak sekali tipe kepribadian, sebut saja mau berdasarkan apa. Zodiak? Shio? Golongan darah? Weton? Bentuk tubuh (ada lho beneran, hehe)? Ada namanya MBTI. Ditemukan oleh mbak M dan mbak B. Totalnya ada 16 kepribadian dengan distribusi tidak rata. Beberapa dari 16 itu populasinya di dunia kurang dari 1%. Katanya sih, tapi bagaimana metode penelitiannya, ntahlah. Jadi sebagian besar orang di dunia itu antara ISTJ atau ESTP (ini sumpah ngarang, silakan dicek di 16personalities.com saja ya) dan INTJ sangat amat jarang sekali (tipe narsis seperti idola kebanyakan kita bernama Elon Musk).

Tipe kepribadian MBTI yang tergolong NT (ada beberapa misalnya intp, intj, entp, dll) dianggap suka mikir. Jadi inilah saya ingin memperkenalkan diri sebagai orang yang blognya sudah berumur belasan tahun (dengan frekuensi posting kurang dari 6 post per tahun sih hahaha) isinya curhatan mentok mikir. Eh maksudnya, berpikir lama dan rasanya sudah cukup dalam tapi ga ketemu juga. Jadi curhat di dunia maya. Begitulah. Pembicaraan mengenai tipe kepribadian MBTI hanya trivia saja. Jangan lupa cek tipemu apa lalu komen sini yaa hehe. Siapa tahu kamu pasangan idealku (ENFP) :))

Beberapa tahun lalu (maksudnya, ketika masih esde, haha) aku bingung dengan teori evolusi yang menyatakan manusia adalah hasil evolusi primata (simpanse dll) sementara di agamaku nabi Adam alaihissalaam diturunkan ke bumi ini sebagai manusia pertama. Jadi saat itu agar aku bisa tidur malam dengan nyenyak, aku berkata dalam hati, untuk diri sendiri, “Nabi Adam adalah sebentuk primata.”

Tuhan, maafkan hambaMu ini huhuhu. (bocoran: Adam adalah manusia bukan spesies lain. Evolusi itu salah. Tapi aku siap berdiskusi di kolom komentar ya, silakan ramaikan hehe).

Mari tidak memulai menganalisis cara berpikir anak esde yang belum puber itu tadi ya. Teori evolusi bukan satu-satunya yang meresahkanku sampai membikin sulit tidur. Suatu hari belum ada satu dekade lalu aku menemukan keraguan terhadap kebenaran agamaku. Jadilah aku main ke perpus kota (waktu itu di Melbourne, Aussie) membaca buku-buku agama nasrani, Yahudi, dan Buddha. Hehe tidak seekstrim itu sih, waktuku banyak untuk menangis bukan membaca buku, jadi ke perpus hanya menjajal diri yang masih sempit pikirannya atau kaku pendiriannya ini dengan melihat judul-judul buku yang menentang nuraniku sendiri. Sisanya aku membaca dari hasil Google lalu berdiskusi dengan sesama “Hampir atheis” di belahan dunia lain. Singkat cerita aku kembali mantap mengenai imanku pada Tuhan. Maksudku, mantap bahwa yang kupilih ini sudah tidak meresahkanku. Aku memilih karena otakku sudah menerimanya. (maaf jika terkesan terlalu liberal bahwa bagiku semua harus bisa dilogika, tidak bisa hanya dogma).

Aku menulis ini di bulan Syaban dengan kedua telinga tersumpal headset mendengarkan tilawah Quran dari qori idola semua orang bernama Rasyid Mishary Al Afasy. Suara orang inilah, ditambah terjemahan bahasa Inggris (semuanya audio) yang menemaniku setelah melewati masa nyaris-atheis tempo hari. Alhamdulillah atas nikmat iman di dalam dada.

Baru hari ini aku menemukan bahwa teori gravitasi oleh Isaac Newton sangat mungkin salah. Dan kurasa akan ada beberapa juta hal lain nanti yang terbukti salah, yang menggoyahkan keyakinan yang sebelumnya terbentuk, dan seterusnya. Aku selalu punya pilihan untuk mempermasalahkan soal gravitasi ini betapa dunia berkonspirasi untuk sepakat dengan teori ini, dan hal-hal di sekitar itu. Oh ya soal manusia yang pergi ke bulan itu juga bohong ya. Dinosaurus juga bohong, kalau kamu belum tahu.

Huft intinya hal-hal semacam ini bagi beberapa orang sangat mungkin membuat mereka berpikir panjang dan lama, lalu insomnia. Jadi mustinya aku sudah semakin paham bahwa pilihan ada di tanganku: memikirkan bagaimana nasib dunia tanpa teori gravitasi atau segera tidur meyakini bahwa esok adalah hari baru dan ini saatnya istirahat.

Salam, saya yang sangat mengharap komen pembaca.

 

 

Hoarders Decluttered (Penimbun Akhirnya Tobat Juga)

Clutter artinya barang-barang di dalam rumah yang tidak jelas kegunaannya. Declutter berarti mengeluarkan clutter dari rumah, bisa dijual atau didonasikan atau dibuang ke tempat sampah. Tentu aku menulis ini tanpa buka kamus atau referensi jadi yah begitulah kira-kira maknanya.

Sampai umur 20-an aku masih tidak paham bahwa rumahku termasuk penuh barang, dan itu merupakan hasil dari perilaku penghuninya. Satu dekade kemudian setelah banyak membaca termasuk tema minimalisme aku mulai menerima kenyataan bahwa hampir seluruh penghuni rumahku adalah hoarder. Penimbun, demikian translasiku sendiri.

Perilaku hoarding atau menimbun barang memiliki latar belakang psikologis. Segala sikap dan perilaku manusia, walaupun tampaknya atau rasanya otomatis, pasti ada motifnya. Nah hoarding ini jelas merupakan gejala dari suatu keadaan psikologis. Dengan kata lain, hoarder adalah orang-orang dengan masalah kejiwaan.

Beberapa referensi bilang bahwa kebanyakan hoarders mengalami kecemasan dan/ atau gangguan obsesif kompulsif dan/ atau gangguan pemusatan perhatian (ADD/ ADHD). Jika dilihat di kitab psikiatri ketiga gangguan  itu masuk klaster C, sekelompok dengan gangguan cemas menghindar. Beberapa lain mengaitkan perilaku generasi baby boomers (seumur ortu kita, kalau kita seumur sih hehe) sebagai pengumpul barang karena mereka berpindah dari low class secara ekonomi ke middle class. Perilaku menyimpan barang adalah perilaku middle class yang merasa “suatu saat kita masih mungkin jatuh miskin jadi ada baiknya semua barang ini disimpan jadi kita akan aman saat miskin, tidak perlu banyak uang untuk beli barang baru.”

Bagiku yang paling masuk akal adalah yang bilang bahwa hoarder itu clingy. Para penimbun itu memiliki trauma masa lalu berupa kehilangan. Kesedihan atau rasa kehilangan itu diisi dengan membeli, memiliki, dan menyimpan barang-barang, berharap barang-barang itu bisa mengisi kekosongan di dalam jiwa yang kehilangan. Hoarder kehilangan kemampuan untuk melepaskan dan mengikhlaskan.

Aku juga suka menganggap bahwa merapikan dan hanya menjaga barang yang penting di rumah adalah kemampuan untuk tidak menunda. Jadi, hoarder adalah penunda. Mereka menunda membuat keputusan-keputusan tentang apa yang harus disimpan dan apa yang harus pergi. Mereka gagal memutuskan hal-hal yang akan berpengaruh bagi kesehatan jiwa mereka. Mereka menunda karena mungkin menghindari rasa nyeri saat harus memutuskan sesuatu, atau menghindari rasa bersalah jika nanti keputusannya tidak sempurna.

Aku menulis ini sambil mendengarkan beberapa judul TED talk tentang hoarding. Banyak dan panjang sekali penjelasan tentang perilaku hoarding ini. Jika ada strata kesehatan jiwa, menurutku hoarder ada di piramida terbawah, dan komunitas di puncak piramida yang jumlahnya kecil bernama minimalis-esensialis.

Ada satu acara tv amrik yang judulnya Hoarders. Serial yang sudah sampai 11 musim sejak tahun 2012 ini meliput orang yang anggota keluarganya melaporkan hoarder di rumah mereka yang minta bantuan profesional agar rumah dibersihkan dan hoarder mendapat terapi. Polanya sama, jika kulihat, mayoritas hoarder adalah obes dan depresi. Orang nyinyir akan bilang “halah males saja pakai label hoarder segala,” padahal obes sendiri adalah juga akibat dari perilaku mindless eating yang mungkin akibat depresi atau kecemasan.

Acara tv ini menurutku bagus karena psikolog atau psikiater di acara itu mengawal hoarder untuk memeriksa semua barangnya, si hoarder yang memutuskan ini dibuang atau disimpan, dst. Tidak boleh “hoarder diungsikan ke hotel saja, rumahnya dibakar/ semua barangnya dibuang.” Tanpa going through their stuff, hoarder tidak akan merasakan pentingnya bertanggung jawab memutuskan soal barang-barangnya sendiri. Dengan begitu, diharapkan mereka paham bahwa hoarding tidak menyelesaikan masalah kejiwaan mereka. Diharapkan mereka taubatan nasuha, tidak mengulangi lagi selamanya. Sayangnya beberapa komentar yutup bertanya tidak adakah acara follow-up beberapa tahun sejak hoarder dibantu membereskan rumahnya dan masalah jiwanya: apakah mereka tetap normal atau kumat hoardingnya?

Kita punya kendali atas hidup kita. Ayo semangat, demi kesehatan jiwa kita.

 

Social Detox

As I promised, I finally post an article in English, yeay.

These past few years I seem to be quite dilligent in running and joining races. But that apparently came with a cost. The running community I was in comprises of lots of different people. Long story short, the diversity almost always results in conflicts.

So I was negatively impacted by this nature too. Someone felt offended by what I said, and this person reacted and cost me my reputation (well, partly). Funny if I tell this now, but at that time, gosh, it was aweful. A small group of people who didn’t know me at all (hey, we never even met!) suddenly know about me that I am this and that, of course in a bad way. Funny, again, let me remind you, I found this now.

Of course the conflict resolution that I attempted, after I rambled in my own IG stories about me being annoyed by gossips by some random people, was to directly confronted the one who talked bad about me behind my back. I told this person I was sorry that I cause this person discomfort. Personally I didn’t think it mattered, of course, hahaha, but for the sake of world peace I said sorry.

All of a sudden the gossips stopped. The object of gossips shifted from me to someone  else. This I found out by seeing a friend rambling on her IG stories about her being gossiped. See, the perpetrator (who had forgiven me) realised there was nothing more to talk bad about me, so found someone else to be the victim. By the way, I left the whatsapp group where the perpetrator existed, I no longer joined this community since then. Simply stopping these lads continuing the negativity of talking about me, the bad girl.

Funny yet annoying to discuss about this matter, I know. If I have to make a take-home message, that would be: this kind of situation is the time for us to socially detox.

I learned it the hard way, that not all friendships should be maintained. Those who drain your energy, who constantly make you feel negative, worried, stressed out, maybe deserve a goodbye. I believe we are blessed to stay alive in this worldly life to serve, to do good to others. When our limited energy is leaking somewhere else, I think it’s best to cut ties, plug the leakage, say goodbye and move on.

On the other hand, this kind of mindset is typical millenials, you know? People these days generally have commitment issue, easily withdraw whenever finding discomfort, including cutting ties with those who offended them. Sounds like what I did by apologizing and starting the “no contact.”

May all creatures find peace.

 

 

Mengunjungi Pameran Buku

Untuk kesekian kalinya aku berbelok menuju pameran buku dengan sebersit harapan menemukan orang sehobi. Tentu ada ratusan orang berhobi sama di sana, tapi siapa tahu takdirku seperti kisah di novel cinta itu. Sama-sama suka baca, lalu mengobrol, dan berlanjut apalah gitu.

Sungguh konyol memang meminta Tuhan Mempertemukanku dengan mas jodoh di tempat ramai dan tidak seberapa keren dibanding masjid (halaqah pengajian) misalnya. Tapi ingatlah bahwa memiliki harapan-harapan sekecil apapun merupakan antidepresan yang efektif.

Bukan belum pernah aku sengaja mencari “mas pembaca.” Seorang sahabat pernah membuatku berkenalan dengan seorang mas pembaca sekaligus penulis. Sungguh dinamis dan cukup intelek, pembahasan di antara kami berdua. Namun itu semua segera berakhir sebelum aku bahkan memintanya ke rumah untuk menemui ibuku. Hahaha gitu aja kisahnya.

Selamat berburu buku lalu melahap habis isinya. Jika ada sesama pembaca yang jatuh hati padamu, itu hanya bonus saja.

Nouman Ali Khan ke Indonesia (dan kisah mukjizat “kata-kata” Nabi Musa)

Terdengar sayup-sayup gaung pidato berbahasa Inggris, suara yang kukenal, beraksen Amerika. Ah, Pak Ustadz sudah memulai khotbahnya. Aku bergegas masuk ruangan ketika materi sudah bergulir sekitar sepuluh menit. Inilah ringkasan sekenanya dari tiga jam penuh air mata (karena materinya mengena, atau karena aku ngefans dengan pembicaranya, atau karena aku sudah jauh-jauh ke ibukota untuk duduk di sini mendengar beliau bicara). Perlu waktu sekitar sepuluh menit untuk selesai membaca ini. Mohon disiapkan hati karena ringkasan agak sulit dicerna. Mohon buka Quran surat Asy Syu’ara  (“Para Penyair”, surat ke-26) ayat 10-68, karena tiga jam bersama pak ustadz adalah membahas ayat-ayat itu semata. “Musa, the most talked-about prophet in the Quran.”

Nouman Ali Khan adalah seorang Pakistan berkebangsaan Amerika, seorang pendakwah muslim yang kanal youtube-nya kutemukan beberapa tahun lalu saat aku di Australia. Dakwahnya sebagian besar mengenai tafsir Al Quran. Pendekatannya ilmiah, linguistik, jadi mudah dicerna. Beliau mendirikan sekolah tasfir Al Quran bernama Bayyinah Institute. Beberapa haters mengatakan bahwa ustadz ini pilih-pilih materi dalam berdakwah, menghindari materi penting namun sensitif seperti jihad atau hukum halal haram, sehingga dituduh antek Amerika, dan lain sebagainya.

“Semoga Alloh Memudahkanmu menjauhkan diri dari orang-orang yang berlaku buruk (wrongdoing people). Dengan berjauhan dari mereka kamu akan sembuh dari luka-luka hati, semakin kuat, sehingga bisa kembali ke mereka orang-orang yang salah, untuk membantu mereka. Kita merasa ketakutan pada para wrongdoers ini dalam memperlakukan kita, padahal merekalah yang harusnya merasa takut, merekalah yang butuh bantuan.

Tema kajian berjudul “Story Night World Tour Jakarta” ini adalah tafsir Quran surat As-Syuara ayat 10-68. Kisah dimulai dengan adanya perintah Alloh pada Nabi Musa alaihissalam di QS As Syu’ara ayat 10-15. “Dan (ingatlah ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya), Datangilah kaum yang zhalim itu, yaitu kaum Firaun. Mengapa mereka tidak bertakwa?” Musa diminta ke Mesir. Ayat “Sami’na wa atho’na “(aku dengar maka aku patuh) tidak berlaku pada kisah ini karena Musa justru menjawab perintah Alloh bukan dengan kepatuhan melaksanakan perintah itu namun dengan lima poin:

1.       Aku takut dibilang pendusta

2.       Dadaku sesak (bahasa medis: aku merasa cemas, tidak percaya diri)

3.       Lidahku tidak bisa bergerak untuk berkata-kata

4.      Maka utuslah Harun saja (yang sebaiknya mengemban tugas ini)

5.       Aku takut Firaun dan anak buahnya akan membunuhku.

Manusia secara fitrah lebih takut terhadap perkataan daripada perbuatan orang lain. Musa mengungkapkan ketakutannya dibunuh di urutan kelima, jauh di bawah ketakutannya untuk dipermalukan dengan perkataan. Kisah Maryam saat hamil Nabi Isa a.s. juga menjelaskan hal serupa, bahwa Maryam merasa lebih baik dia mati daripada dipermalukan (karena hamil tanpa suami). Mempermalukan orang lain adalah tindakan kriminal yang nyata, dan kata-kata dapat menjadi hal yang mematikan.

Orang-orang paling sulit dalam hidup kita justru adalah keluarga inti sendiri. (di sini saya menangis, antara sayalah si zolim atau sebaliknya). Detilnya jadi lupa! Huhuhu. Emm tapi sepertinya take-home message nya antara lain bahwa rasa takut atau cemas terhadap sikap orang-orang terdekat yang toksik terhadap kita sangat wajar dirasakan, sehingga menjauh adalah cara terbaik untuk memastikan kesehatan mental. Maasya Alloh sampai sini saya merasa hari ini beruntung bisa duduk di situ mendengarkan.

Nabi Yakub a.s. memang hanya curhat ke Alloh mengenai anaknya, karena beliau tidak memiliki dukungan moral dari siapapun. Namun ketika kamu yakin sekali bahwa kamu tidak akan bisa melakukan sesuatu (seperti kisah Musa yang merasa tidak mampu ketika diperintah Allah untuk kembali ke Mesir menghadapi Firaun), dukungan moral dari orang lain akan dapat membantumu yakin pada diri sendiri bahwa kamu bisa melakukannya. Jadi berdoalah minta tolong kepada Alloh seperti Musa meminta tolong. “It’s okay to need people,” as moral supports. Dalam kisah ini Musa didukung secara moral oleh saudaranya, Nabi Harun.

Jawaban Alloh kepada Musa, “Jangan takut (mereka tidak bisa membunuhmu). Maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat). Sungguh, Kami bersamamu mendengarkan (apa yang mereka katakan.” Perhatikan ayat Quran bahwa “dengarkanlah mukjizat” bukan lihatlah mukjizat. Hal ini karena mukjizat Musa yang utama adalah perkataan.

Perintah Alloh untuk Musa adalah agar Musa menyampaikan 2 hal ke Firaun (QS Asy Syu’ara ayat 16-22):

1.       Sesungguhnya kami adalah rasul rasul Tuhan seluruh alam

2.       Lepaskanlah Bani Israil bersama kami.

Dua kalimat itu menimbulkan reaksi Firaun berupa gaslighting (artinya semacam bentuk pelecehan emosional yang menyebabkan lawan bicara mempertanyakan dirinya dan kewarasannya sehingga memberikan pelakunya kekuatan dan kontrol untuk mengendalikan lawan bicara).

1.       Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.

2.       dan engkau telah melakukan (kesalahan) perbuatan yang telah engkau lakukan.

3.       dan engkau termasuk orang yang tidak tahu terima kasih.

Ucapan Firaun di atas adalah contoh gaslighting. Salah satu tujuannya adalah mengecilkan definisi lawan bicara menjadi hanya sebesar kesalahan-kesalahannya. “Hanya sebesar itulah harga dirimu.” Ucapan pun berupa respon yang tidak relevan dengan pesan yang disampaikan Musa, bertujuan menekan dan memanipulasi mental lawan bicara. Begini penjelasannya:

1.       beraninya kamu, padahal sejak bayi kamu dititip di sini, kurawat kau sebagai anak angkatku, sekarang lihat apa yang kamu lakukan padaku.

Hal ini membuat Musa merasa tidak mensyukuri kasih sayang ayah angkatnya.

2.       Firaun mengingatkan Musa akan hal-hal baik yang dilakukannya. Firaun merasa berjasa jadi bisa melakukan apa saja. Ucapan ini membuat Musa merasa sudah tidak respek ke ayah angkatnya sendiri. Firaun juga mengingatkan kesalahan Musa yang lampau (membunuh orang). Mengungkit kesalahan!

3.       Firaun mengecilkan Musa dengan membuatnya merasa telah melakukan kesalahan, dengan berkata ke anak-anak buahnya, “Lihatlah dia.” (Bayangkan mengucapkan itu dengan nada mem-bully).

Maka inilah tips dari Musa (dengan kekuatan dari Alloh) menghadapi gaslighting seperti Firaun terhadap Musa itu:

1.       Tetap sembunyikan aib diri dan orang lain. Musa mengakui kesalahannya namun tidak membuka aibnya sendiri dengan menjelaskan secara detil apa kesalahannya (membunuh orang) sehingga semua yang mendengarkan di situ menjadi tahu.

2.       Argumen harus logis dan tidak emosional. Contoh pada kisah ini adalah Musa menjawab gaslighting Firaun dengan sikap yang menganggap “sikap Musa yang tidak bersyukur terhadap ayah angkatnya sendiri” sebagai tidak berhubungan secara logis dengan 2 pesan dari Musa yang disampaikan.

3.       Musa juga berterima kasih atas jasa Firaun telah merawatnya dan justru menjadi poin agar Firaun menghentikan perbudakan pada Bani Israil.

Tiga poin penting di atas yang ditampilkan oleh Musa untuk menghadapi gaslighting ada di QS Asy Syu’ara ayat 16-22.  “(1) Aku telah melakukannya dan ketika itu aku termasuk orang yang khilaf. (2) Lalu aku lari darimu karena aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku menganugerahkan ilmu kepadaku serta Dia menjadikan aku salah seorang di antara rasul-rasul. (3) Dan itulah kebaikan yang telah engkau berikan kepadaku (sementara) itu engkau telah memperbudak Bani Israil.”

Tidak ada dalam sejarah manusia, negosiasi politik dilakukan dengan seseorang mendatangi kerajaan seorang pemimpin dan menentangnya dengan mengatakan bahwa ada raja lain yang adalah raja segala raja. Itulah yang dilakukan Musa. Dan Firaun tidak berkutik. Jika orang-orang ini tidak bisa mengontrolmu (karena Musa berhasil tetap logis dan tidak terbawa pada perasaan tidak bersyukur, tidak respek, maupun merasa kecil/remeh) mereka akan mengontrol orang-orang di sekitar misalnya dengan membuat opini negatif tentang dirimu. Poin ini terdapat dalam QS Asy Syu’ara ayat 23-29.

Jangan remehkan kekuatan perkataan, terutama saat kamu tetap logis ketika lawan bicaramu emosional. Orang-orang toksik butuh bahan bakar berupa atensi. Mencuekkan adalah serangan terhebat ke orang-orang ini. Jangan menyuplainya kekuatan dengan berespon. Simply ignore.

Selain itu, jangan berubah haluan, tetap pada misi. Jangan bereaksi (terhadap emosi atau ucapan gaslighting mereka). Jangan biarkan orang-orang ini mempengaruhimu.

Kisah Firaun dan Musa berlanjut dengan Firaun yang mengatakan jika kamu (Musa) tetap berbicara aku akan melukaimu. Ini adalah contoh blackmailing.

The most powerful thing in the Quran is its words. The message. Not stories of the miracles. Hal ini juga menjelaskan mengapa Musa baru mengeluarkan mukjizat berupa tongkat yang berubah menjadi ular di bagian akhir (jauh setelah negosiasi atau perkataan powerful Musa) dan itupun ketika Firaun meminta, “berhentilah bicara, buktikan.” Hal ini ada dalam QS Asy Syu’ara ayat 29-32. Selain itu, Firaun memanggil para jendralnya dan menuduh Musa sebagai penyihir (karena mengubah tongkat menjadi ular). Aksi Firaun ini memberi validasi kepada para jendral bahwa mereka dibutuhkan Firaun (validasi ini dilakukan Firaun untuk memanipulasi anak buahnya agar memihak dia).

 Surat Asy Syu’ara ayat 32 sampai ayat 68 berkisah mengenai kelanjutan kejadian di atas. Tongkat Musa menjadi ular, tangan Musa memutih bercahaya. Firaun (yang masih mengaku Tuhan) panik dan meminta seluruh penyihir di dunia untuk berkumpul dan mengalahkan “aksi sihir” Musa. Para penyihir meminta imbalan kepada Firaun jika bisa mengalahkan sihir Musa, dan Firaun menjanjikan kedudukan pada para penyihir ini (salah satu bentuk mengontrol orang lain). Maka pada hari yang ditentukan, para penyihir berkumpul, orang-orang juga berkumpul untuk menyaksikan “kekalahan Musa sang penyihir.” Tentu saja sihir para penyihir dimakan oleh tongkat Musa. Para penyihir kemudian bersujud dan beriman kepada Alloh, Tuhan nya Musa dan Harun. Musa dan Harun lalu dipenjara karena membuat para penyihir menyembah Alloh. Atas perintah Alloh, malam harinya Musa membawa Bani Israil untuk kabur. Matari terbit saat pasukan Firaun yang segera mengetahui kaburnya para tahanan berhasil menyusul mereka. Musa, Harun, dan Bani Israil dihadang lautan di depan mereka dan Firaun beserta pasukan di belakang mereka. Maka laut terbelah oleh mukjizat dari tongkat Musa dan rombongan itu berhasil menyelamatkan diri.

Kisah Firaun di dalam Al-Quran berakhir dengan runtuhnya kekuasaan dan kerajaan Firaun. Musa pernah berdoa pada Alloh: Ya Alloh mengapa Firaun kaya dan bahagia.
Jawabannya adalah: Alloh Is about to destroy him. Bagaimana suatu bangsa hancur dan punah adalah dengan kesejahteraan sehingga mereka membolehkan dosa berlaku secara luas dan berakhir kebinasaan. Contohnya yang terjadi saat ini yaitu hal-hal memukau yang ingin kita lakukan adalah seputar musik (boyband Korea misalnya hehe), fashion yang bagus dan mahal (sepatu lari jutaan atau tas pinggang kulit atau jam mahal yang kita sangat ingin punya itu). Hal-hal inilah yang lebih dekat kepada dosa.

Beda cerita jika Alloh ingin membinasakan suatu kaum, pasti kaum itu akan dibuat tidak lagi memiliki hal baik sedikitpun. Jadi pada kasus ini boleh berdoa mengharapkan keburukan.

Tapi lebih baik fokus pada kontrol diri daripada mengharapkan hancurnya musuh. Fokus meminta pada Alloh untuk diberi kekuatan menghadapi, daripada mengharapkan kelemahan lawan bicara yang jahat, misalnya.

Penting untuk membuat koneksi pribadi dengan Quran. Karena Quran Berbicara kepadamu. Dari tiga jenis kebutuhan manusia (fisik, emosional, dan spiritual), penuhi kebutuhan sesuai jenisnya. Jangan atasi masalah emosi dengan solusi spiritual. Jangan suruh sabar, orang yang sedang bersedih karena anggota keluarga atau pasangan hidupnya meninggal. Tidak ada ayat Quran yang turun pada Nabi Yusuf yang menangisi kematian anaknya sampai matanya buta yang mengatakan, “Bersabarlah kau, Yusuf.” Tidak ada pula ayat Quran yang turun menegur Aisyah r.a. istri Rasulullah SAW untuk bersabar saat beliau marah di depan suami dan kedua orang tuanya.

Alloh (through Al-Quran) is gentle, soft, and understanding.

Siroh Nabi untuk anak-anak kebanyakan berisi kisah bahwa Alloh Destroys. Alloh Merusak. Membinasakan kaum-kaum. Menghukum para pendosa. Padahal ada banyak hal yang jauh lebih penting daripada mengingatkan bahwa perbuatan buruk akan dihukum Alloh: good manner dan emotional health.

Ternyata memang lebih baik mendengar sendiri kajiannya ya. Semoga suatu saat kajian ini diunggah oleh orang baik hati di youtube atau di kanal resminya. Seperti kajian pak Nouman biasanya, banyak canda dan ilustrasi jenaka di sela-sela kisah yang dibawakan. “Saya stress kalau harus khotbah Jumat, saya harus menahan diri dari melawak.”

Pukul 22 lewat 15 menit atau sekitar tiga setengah jam sejak beliau mulai berkisah, pak Nouman menutup kajian dengan salam. Hadirin sebagian keluar ruangan dengan tertib, namun tak sedikit yang merapat ke panggung mengantri bertanya, menyapa, atau wefie.

Di teras luar gedung aku melihat Dewi Sandra, mbak artis setengah bule yang hijrah itu, cantik tanpa makeup, tersenyum lebar ke semua mata yang saling beradu dengan matanya. Sepanjang tiga jam tadi ada dua perempuan berhijab di atas panggung, di ujung kiri. Satu orang menjadi penerjemah bahasa isyarat, lalu yang duduk di sebelahnya membantu menerjemahkan beberapa kata bahasa Inggris ke bahasa Indonesia jika sang penerjemah isyarat kesulitan mencerna semuanya. Belakangan kuketahui bahwa komunitas tunarungu dibawa oleh mbak Dewi Sandra untuk menghadiri kajian itu. Mungkin ini satu teladan dari berkah menjadi tenar dan kaya. Tapi semoga kita tidak menunggu kaya untuk berbagi.

 

Semoga kita semua dimudahkan Alloh untuk Mencari Ridho-Nya.

Aamiin.

 

 

 

Yuk Ngaji Lagi

Suatu pagi aku menyadari betapa beberapa tahun terakhir ini solatku tidak benar. Maksudku aku sulit khusyuk, jarang pula solat sampai menangis. Kadang teringat bapak dan itu satu-satunya alasan aku menangis saat solat. Padahal dulu, misalnya saja saat aku kuliah kedokteran, dini hari aku bangun dan berwudhu, menunaikan solat tahajud. Setelah solat aku duduk minimal lima menit mungkin lebih. Melakukan hal-hal yang menenangkan hati, namun sekaligus membuat merasa rendah diri, banyak dosa, dan hal-hal pemicu tangis lainnya.

Beberapa tahun lalu saat aku masih bisa memaksa diri membaca Quran beberapa lembar sehari, solat-solat sunnah, rajin berpuasa, aku merasa lebih baik dibanding orang lain. Hal ini kusadari lalu kuhubungkan dengan perilakuku yang agamis itu. Makin rajin ibadah, eh kok makin sombong. Begitu pikirku saat itu.  Padahal sangat mungkin dua hal itu memang terjadi bersamaan namun tidak saling menyebabkan. Lalu aku membenci diriku yang sombong itu, dan memutuskan untuk “tidak terlalu relijius” demi menjadi pribadi yang lebih rendah hati.

Setelah kupikir-pikir, sepertinya “merasa sombong karena terlalu relijius” itu bersumber dari pemikiran sempit semacam “aku kan sudah solat wajib dan sunah, baca Quran one day one juz, puasa juga rajin, jadi perbuatan baik yang lain tidak penting.” Padahal berbuat baik pada sesama manusia dan sesama makhluk serta tidak terlalu preokupasi dengan merasa benar dan menyalahkan orang lain yang salah sama pentingnya dengan ibadah seperti solat dan puasa. Mungkin benar bahwa dulu aku merasa superior karena “sudah berusaha banyak beribadah” tanpa mengingat bahwa banyak ibadah hati yang penting untuk dibiasakan seperti memaafkan, toleran dengan perbedaan, menyayangi, dan berempati.

 

Lingkungan memang sangat berpengaruh. Beberapa tahun terakhir aku sengaja mengelilingi diri dengan teman-teman yang jarang pula membicarakan mengenai ibadah apalagi agama dan dakwah. Aku juga menghindari membaca apapun terkait agama (bandingkan dengan impianku saat kuliah untuk menyelesaikan 3 kitab tauhid) dan mengurangi pembicaraan tentang agama dengan siapapun (bandingkan dengan saat kuliah aku ikut kajian seminggu sekali maksimal sebulan sekali). Aku toleran terhadap banyak hal yang tidak penting, demi satu hal itu: agar tidak semakin sombong. Aku ingat aku berhenti memikirkan bagaimana berjilbab yang lebih panjang, berpakaian yang lebih longgar, mencari jodoh lewat murobbi di majlis taklim, demi “lebih toleran, lebih open minded” dan hal semacam itu, yang saat ini aku bingung sendiri. Maksudku, aku masih saja sering merasa tidak tenang, sering sedih dan secara umum masih merasa tidak berguna. Oh, dan sampai detik aku menulis ini aku masih pribadi sombong yang tak tahu diri.


Salah satu cerita favoritku ke banyak anak muda yang kutemui (agar mereka tidak melakukan kesalahan yang sama) adalah, aku sempat hampir ateis saat tinggal di Australia. Aku sempat mempertanyakan keyakinanku pada Tuhan dan betapa buruk akhlakku, akhlak kami umat muslim dibanding para ateis yang sungguh baik budi ini. Untuk apa bersusah payah beragama dengan segala konsekuensinya seperti kewajiban beribadah, menahan diri dari minuman enak bernama wine, misalnya. Jika ujungnya lebih terhormat para ateis ini dalam memperlakukan manusia lain, jika lebih hina para muslim ini dalam menjaga kebersihan dirinya sendiri. Sungguh hanya Tuhan Maha Penolong, masa itu sangat singkat kemudian aku memilih Islam sampai mati, insya Allah.

Mungkin Tuhan memang Maha Baik. Dia Merindukan hamba-hamba-Nya yang nakal, atau menyimpang, atau memang tidak bersyukur saja. Bisa saja justru aku semakin sombong dengan “tidak mau terlalu sok agamis toh kebenaran hanya Tuhan yang tahu, toh yang penting kita baik ke semua makhluk di bumi ini, baik muslim maupun atheis, baik kucing maupun semut.” Lihat saja betapa aku masih begini-begini saja, bahkan mungkin kalau aku rajin ibadah dan mengingat Tuhan, minimal hatiku akan jauh lebih tenang daripada sekarang. Dan siapa tahu aku lebih rendah hati, berempati, penyayang… Kadang keinginan untuk membenci diri sendiri begitu besar dan otak sadar harus mengingatkan untuk tidak melakukannya karena Tuhan Maha Penyayang. Hehehe.

Suatu pagi aku menyadari yang kuinginkan di dunia ini hanya menjalani sisa umur dengan belajar agama, menerapkan ilmu agama dalam kehidupan sehari-hari, sambil menunggu giliran dipanggil pulang oleh Tuhan. Aku menyadari tidak ada yang lebih penting daripada niat baik di dalam hati untuk mematuhi perintah Tuhan dalam bentuk ajaran agama, dan tidak ada yang lebih mahal daripada sepasang pemuda-pemudi yang berniat baik kemudian berkomitmen untuk bersama belajar ilmu agama sampai waktu mereka habis di dunia. Hal-hal lain seperti kekayaan duniawi, dan apakah mereka diberi Tuhan keturunan yang soleh dan solehah, hanyalah bonus. Bukan berarti tanpa kekayaan dan anak-anak, sepasang orang baik itu menjadi kurang baik.

Kurasa dengan mengutamakan menjalani hidup sesuai perintah Tuhan, hati ini akan jauh lebih mudah menjadi berkah bagi sekitarnya. Tidak ada yang terlalu kecil untuk sebuah berkah. Kadang aku ini malas begini begitu karena “ah dampaknya kecil banget,” padahal walau hanya 1 orang misalnya anggota keluarga inti yang terinspirasi atau terbantu oleh kita, mudah saja untuk Tuhan ridho pada kita. Padahal hanya dengan mengutamakan mencari ridho-Nya, mudah saja bagi-Nya menjadikan kita perpanjangan tangan-Nya untuk membantu orang lain. Bukankah kita semua pengen berguna buat orang lain?

Bagaimanapun juga, aku masih bingung mengapa dulu itu aku rajin sekarang aku malas, lalu apakah dulu aku benar-benar lebih sombong dan itu disebabkan oleh kehidupanku yang lebih Islami? Sepertinya seru jika aku bisa mengembalikan kebiasaan-kebiasaan islami itu; beribadah dan berbuat baik lalu lihat bagaimana dampaknya pada hatiku sendiri? Aku kutip salah satu pepatah baik untuk “hiduplah dengan sengaja.” Mari menyengajakan belajar agama, menyempatkan ibadah-ibadah wajib dan sunnah, dan berusaha berbuat baik selagi bisa.

Semoga para pemilik hati yang baik dimudahkan dalam mencari ridho Tuhan. Karena sungguh selain mencari ridho Tuhan tidak ada lagi yang terlalu penting untuk dikejar.

 

Nabung Saham

Tulisan ini adalah seri kedua setelah “Pengantar tentang Saham.” Dibutuhkan waktu sekitar seperempat jam untuk menyelesaikan membaca tulisan ini. Iya, itu artinya panjang banget, lebih panjang daripada seri pertama.

Terima kasih atas tanggapan pembaca kesayangan, baik melalui jalur pribadi maupun jalur pribadi me-reply story hahaha. Semoga WNI yang membaca tulisan sebelum ini mulai merasa perlunya nabung saham. Jika belum merasa perlu sila baca dulu ya. Jangan lupa baca buku Om Nicky Hogan berjudul Yuk Nabung Saham. Ada rekomendasi  buku lain yaitu Yuk Belajar Saham untuk Pemula, karya Investor Saham Pemula.

Menambahkan untuk tulisan sebelumnya, kuadran kanan bawah soal menghasilkan uang (sepertinya ada di bukunya Robert T. Kiyosaki) adalah, we let money work for us. Kita cuma duduk santai-santai, uang yang bekerja untuk kita. Itulah investasi. Kita serahkan uang kita ke perusahaan keren yang kinerjanya bagus. Kita cuma ikut memiliki, mereka kerjakeras dan menghasilkan laba, kita ikut menikmatinya.

When there is a will, there is a way

Begitu kira-kira pepatah yang artinya manjadda wa jadda. Hehehe. Pastikan motivasi mengenai “mengapa ingin nabung saham” kita sekuat baja, maka metode apapun akan kita tempuh untuk mencapainya.

Tugas pertama bagi para pendamba investasi (wadaw, hahaha) adalah menentukan mau memakai perusahaan sekuritas apa. Perusahaan sekuritas, bukan agen satpam ya, adalah lembaga yang terawasi oleh OJK yang memfasilitasi jual beli saham (dan produk pasar modal lainnya).

GIMANA PILIH PERUSAHAAN SEKURITAS?

Selain memilih perusahaan sekuritas layaknya memilih bank, ada pertimbangan tegas yang gampang sekali: pilih perusahaan sekuritas yang menyediakan layanan transaksi saham yang Syariah. Dari puluhan (ratusan?) perusahaan sekuritas di Indonesia, hanya ada 13 (sepertinya per Januari 2019 menjadi tinggal 11) yang memiliki layanan Syariah. Btw Phintraco ada Syariahnya. Mandiri, BNI, dan Indopremier juga. Nah lho akhirnya kesebut juga 4 besar versi aku si anak kemarin sore ini hahaha.

BIKIN RDN KE PERUSAHAAN SEKURITAS PILIHAN

Paling enak emang pakai contoh ya. Jadi sebagai dedek PNS rekening utamaku adalah BNI. Sebagian besar uang ada di situ. Saat apply untuk pembuatan rekening saham ke Phintraco Sekuritas (Phintas), aku harus melampirkan halaman depan buku tabungan utama (aku memang memilih BNI itu, bukan rekeningku yang lainnya), karena segala keuntungan dari saham akan disetor ke rekening BNI itu. Saat RDN (rekening dana nasabah, alias rekening saham) sudah jadi, itu artinya aku punya rekening di BSM (sebagai bank custodian) namun khusus rekening saham. Tanpa buku tabungan, tanpa kartu ATM, apalagi mobile banking hahaha. Aku harus menyetor uang ke rekening saham BSM ku itu, supaya aku bisa beli saham.

Dari sini bisa disimpulkan bahwa, setiap aku menyetor uang ke rekening sahamku jika dari rekening BNI-ku yang isinya gaji bulananku itu, akan dikenakan biaya 6.500 rupiah setiap setoran. Tidak tekor amat sih jika aku setor hanya sebulan sekali. Gimana kalau setor beberapa kali sebulan dari BNI ke BSM? Mayan uga itu duitnya bisa untuk beli saham. Jadi menurutku ideal untuk memiliki rekening saham yang bank custodian nya sama dengan rekening utama kita. Dengan begini maka kita menyetor uang dari rekening utama ke rekening saham di bank yang sama, tanpa biaya transfer. Btw kita semua memimpikan ketiadaan biaya transfer antarbank ya, aminkan dulu yuk. Sepertinya aku akan buka rekening tabungan di BSM. Nanti pendapatan (misal hasil jualan atau ngojek, kalau ngojek) kumasukkan ke situ, sehingga akan ada uang di situ untuk belanja saham.

Waktu yang ditunggu pun tiba. Datanglah email dari Phintas yang menyatakan bahwa RDN ku sudah siap dipakai. Aku bersorak (dan pamer di story, tentu saja). Sudah ada 100ribu di RDN-ku karena itu salah satu syarat saat apply ke Phintas. Aku sudah hobi melihat-lihat aplikasi bernama RTI business yang isinya daftar emiten dan pergerakan harga sahamnya, serta analisis fundamentalnya, dan berita-berita terkait emiten itu yang kebanyakan bersumber dari koran Kontan. Ada catatan yang kususun sejak tahun lalu (halah lebay, maksudku bulan lalu, Desember haha) berupa daftar emiten incaranku.

Maka ketika RDN ku jadi, aku sudah tidak sabar eksekusi membeli saham dengan aplikasi online trading milik Phintas bernama Profits. Mengunduh aplikasi Profits baik di hape maupun di laptop dilakukan saat SPM, kita juga mendapat username dan password seminggu setelah SPM, dan RDN jadi 2 minggu setelah username didapat. Aku sempat lupa password baruku, padahal kubikin sendiri. Maka aku heboh telepon ke customer service Phintas dan ditanggapi dengan cepat dan baik. Sampai titik ini aku bersyukur menggunakan perusahaan sekuritas ini karena cs nya dapat diandalkan. Aku hanya kurang suka tampilan aplikasi hape untuk online trading. Mungkin kebanyakan buka RTI business ya. Oke makin tidak nyambung nih haha.

JADI GIMANA CARA BELI SAHAM?

Setelah berhasil login, aku mengetikkan emiten incaran, sebut saja TLKM, hahaha. Aku klik “buy” setelah menuliskan jumlah lot (1 aja) dan harga yang aku ajukan (rahasiaa) yang tidak lebih murah daripada kolom kiri (kolom bid). Sudahlah, jika kamu bisa melatih diri sendiri menggunakan email atau aplikasi apapun, kamu juga tahu musti ngapain kalau buka aplikasi online trading itu. Kalau boleh ngawur (oh jelas boleh, mbak), analogi aplikasi online trading ini adalah mobile banking. Kita tinggal login dan pencet-pencet, maka terjadi transaksi deh. Bedanya ada sih.

Bedanya dengan mobile banking apa? Jual beli saham hanya bisa dilakukan dengan aplikasi online trading. Tidak bisa kita datang ke kantor Phintas di Jalan Majapahit Semarang menyerahkan uang tunai lima juta rupiah sambil bilang ke pegawainya, “Saya terima nikahnya” eh salah maksudnya “Mbak saya mau beli saham UNVR 1 lot, ini uangnya.” Tidak bisa begitu ya. Kalau mau beli saham UNVR 1 lot pastikan di rekening saham BSM ku tadi sudah ada uang 4.800.000 rupiah. Lalu sambil tiduran di rumah di suatu pagi yang indah jam 9 lebih 1 menit, setelah mengintip RTI business berapa harga terakhir UNVR kemarin (closing price), dan mengintip grup paling ramai di telegram bernama Desah (demokrasi saham, ada-ada saja ya ckck), buka Profits, lalu login, lalu login lagi (trading login), kemudian beli saham dengan harga terserah kita.

Harga per lembar saham di Indonesia minimal 50 rupiah, dan satuan untuk jual/beli adalah 1 lot yang terdiri dari 100 lembar saham. Jadi dengan uang 5000 rupiah kita bisa punya 1 lot saham. Harga termahal? Kurasa GGRM (Gudang garam) sekitar 8300 alias delapan juta lebih per lotnya. Di akun IG @ngertisaham, @ruang_saham  dan @paham.saham sering tuh ada posting “Jika kamu punya 100ribu kamu mau beli saham apa aja?” Benar juga jawabnya bisa beragam, misal beli Sidomuncul (80ribu per lot alias 800 per lembar saham) kembali 20ribu heheh, atau beli ESSA (perusahaan gas, yekan kita masak di rumah pake kompor gas) 2 lot seharga total 82.400 rupiah.

Makin tinggi harga beli yang kita ajukan (bid), makin cepat cocok dan cus bungkus bawa pulang (matched). Bahkan boleh saja kita menawar beli di harga yang lebih tinggi dari harga jual. Jika kita bid 1000 (sesuai harga di kolom offer paling atas) kemungkinan matched akan cepat terjadi, lalu dana di rekening saham kita otomatis berkurang, lalu portofolio saham kita yang ditampilkan di Profits itu akan muncul saham KUCG (kucing, hahaha, misal) sejumlah 1 lot seharga 1000. Itulah asset kita. Yeay punya asset 1 lot hahaha.

GIMANA JUALNYA (NANTI KALAU HARGANYA NAIK BANYAK)?

Sebaliknya, misal kita para investor kebelet nikah dan butuh bayar sewa gedung (hehe ini sudah ada calonnya dan tanggal nikahnya gitu) maka kita pengen jual 20 lot UNVR kita (dalam rupiah hampir 100 juta). Jadi kita klik menu “sell” setelah mengisi “20 lot” dengan harga yang (saking kebeletnya, yekan) sesuai dengan harga di kolom bid (kiri) paling atas. Jangan lebih mahal, biar cepet laku. Ingat, jual mahal bikin susah nikah, mbak. Maka “matched” akan segera terjadi, uang hasil jualan sekitar 100 juta itu akan masuk ke rekening saham yang kemudian akan disetor ke rekening utama (kalau aku BNI) dalam waktu maks 2 hari setelah transaksi terjadi (istilahnya diselesaikan T+2).

SEMUA TULISAN DI ATAS BIKIN AKU PUSING KEPALA~

Benar, memang aku sengaja membicarakan teknis transaksi dengan aplikasi online trading, itu pun baru yang di hape ya. Jika pakai laptop/komputer (sebut saja desktop) tampilan jauh lebih lengkap dan bersifat real-time sehingga keputusan beli/jual saham bisa dengan pertimbangan melihat grafik naik turun harga sahamnya. Btw aplikasi online trading selalu punya nama untuk setiap perusahaan sekuritas. Phintas punya Profits, BNI sekuritas punya esmart dan zzzz sesuatu lupa, Mandiri sekuritas punya MOST, dan indopremier punya Ipotgo.

Sampai di sini kurasa semua sudah sepakat, bahwa untuk bisa nabung saham, langkahnya adalah 1) menentukan perusahaan sekuritas, 2) apply rekening saham ke sana, 3) deposit uang ke rekening saham itu, 4) unduh aplikasi online trading, lalu 5) mulai beli saham. Nomor tiga dan empat bisa simultan alias bareng-bareng.

EMITEN YANG DIBELI APA AJA

Masih ingat kan, perusahaan public/perusahaan terbuka/perusahaan yang tercatat di BEI akan selalu dipanggil dengan nama “Emiten.” Hey, Ten, sini. Dicari pembaca nih.” Jayus, maaf. Pertanyaan bagus. Ada banyak tips mengenai memilih emiten yang layak beli. Terdapat 627 perusahaan terbuka yang terdaftar di BEI, artinya saham perusahaan itu bisa kita beli. Ya, hanya 627, kalau punya uang 1M belikan aja semua itu masing-masing 1 lot biar adil, gitu ya? Hahaha. Jangan begitu, tidak baik terlalu lapar mata.

Ada indeks-indeks di BEI yang penting seperti LQ45 yang artinya 45 emiten yang paling likuid, artinya perusahaan yang sahamnya paling laris dijualbelikan. Jelas cuma indeks ini yang layak dilirik anak kemarin sore seperti aku dan kamu. Iya kamu. Btw kalau bukan pemula pasti tidak baca blog ini juga sih hahaha. Kenapa penting? Yaiyalah, kalau kita pilih emiten yang tidak dilirik banyak orang, nanti kalau pengen nikah atau naik haji pakai uang hasil jual saham kita, eh tidak ada yang minat beli, saking tidak lakunya, gimana dong?

Ada juga indeks saham Syariah seperti JII, JII70, dan ISSI. Ada lagi indeks Syariah lain, intip saja di salah satu website terbaik di dunia (versiku, hahah) yaitu idx.co.id. Website-nya BEI. Lengkap dan mempesona. Rasanya tiap pagi pengen buka browser hanya untuk buka dan mengagumi kelengkapan informasi di situ. Tentang laporan keuangan semua emiten, tentang ringkasannya (kalau malas baca laporan keuangan yang puluhan lembar itu), dan daftar emiten (aku selalu ingin memperbarui “list saham favorit” ku sendiri hahaha).

Usulku untuk memilih emiten incaran yaitu lihat daftar keempat indeks itu, tentukan 3-5 emiten yang termasuk di dalam 4 indeks itu. Oke ternyata tips ini tidak terlalu praktis karena akan ada sekitar belasan mungkin puluhan emiten yang masuk 4 indeks itu. Padahal tips penting berikutnya adalah diversifikasi investasi, jangan memiliki saham dari 1 emiten saja misal TLKM. Tapi jangan beli belasan atau puluhan juga sih. Kenapa? Karena oh karena~

DARI BELASAN KANDIDAT EMITEN ENAKNYA DIAPAIN?

Setelah kita memutuskan untuk berkomitmen dengan satu pasangan, kita akan fokus untuk menjaga komitmen itu. Memastikan perhatian kita tertuju pada sang pasangan. Memberi dan menyayangi. Memenuhi kebutuhan pasangan. Gimana kalau beristri empat~ Berat ya, harus memperhatikan mereka semua, memberi nafkah, mengingat ultah 4 orang, memperlakukan mereka dengan baik sesuai karakter masing-masing. Demikian pula menabung saham. Sulit (bukan tidak mungkin sih) untuk memantau pergerakan harga saham dan kondisi kesehatan tiap emiten kalau kita koleksi banyak-banyak. Bayangkan jika hari ini ada 12 judul berita di koran Kontan yang harus dibaca karena kita perlu tahu apakah emiten-emiten ini sedang belanja modal yang banyak atau justru sedang terdampak oleh turunnya harga batubara di dunia. Yaudah deh terserah kalau kamu kayak bapak ustadz yang keren yang sanggup ngasih makan 4 istri sekaligus. Terserah…..

Ada tips praktis lain untuk merampingkan daftar belasan emiten yang sudah kita lihat-lihat itu untuk jadi calon pasangan eh calon emiten milik kita. Yaitu dengan melihat melalui analisis fundamental. Analisis fundamental (fundamental analysis, alias FA) terdiri dari angka dan rasio yang mencerminkan keadaan umum dan kesehatan suatu emiten. FA ini banyak deh, ada yang namanya laba bersih, perbandingan utang dan modal, pendapatan per lembar saham, rasio harga saham dibanding pendapatan, nilai dividen, dan segala istilah ekonomi lain yang bikin pusing mbak dokter ini. Saranku sih baca 1 aja tulisan tentang FA ini, misal buku Anak Muda Milyader Saham atau tanya mbah gugel lalu pakai 1 artikel saja, atau paling oke ikut SPM lalu catat baik-baik apa kata pak guru di depan kelas. Simpel kok, beneran. Misal pastikan laba bersih cukup tinggi, ada dividen, dan utang tidak terlalu banyak (emiten bank utangnya akan selalu banyak, btw).

PENTING YA UNTUK TAHU FA DAN TA?

Maaf banget aku harus kasih contoh: setelah kamu baca tentang FA maka rangkumanmu akan semacam ini: Emiten yang bagus adalah yang memenuhi kriteria ROE > 20%, PER < 10x tapi maksimal 15x, Current Ratio setinggi mungkin, NPM setinggi mungkin, PBV serendah mungkin… Udah pusing? Bagus. Hahaha. Selain singkatan entah-apa itu, FA juga meliputi apakah growth meningkat, business plan bagus (tidak paham cari di mana deh info ini), kepemilikan saham oleh siapa saja, jumlah dividen berapa, masuk LQ45 atau tidak….

Singkat cerita dari belasan emiten kandidat kita tadi, kuduga setelah dilakukan FA jadi lebih ramping sekitar 50% atau lebih. Dari misal 25 emiten bisa saja menjadi 8 emiten. Well, aku ngawur angka, seperti biasa. Nah dari 8 itu gimana biar bisa jadi 3 atau 4 aja (maksimal 5 deh, dasar galau)? Ada tips untuk memilih emiten yang memang sifatnya “produknya dibutuhkan seluruh lapisan masyarakat selamanya” atau “tidak akan bangkrut dalam satu abad ke depan walau badai menghadang, jika bangkrut akan cepat bangkit kembali seperti striker kelas dunia yang berdiri lagi setelah jatuh kena tackle” seperti misalnya kategori consumer goods (barang konsumsi), bank, bahan mentah, dan konstruksi atau property. Dari sektor-sektor industri itu, pilih emiten yang blue chip alias yang paling berjaya di sektornya. Misal telekomunikasi, mana menurutmu yang lebih baik, telkom, fren, XL, atau indosat?

Oya FA juga termasuk mempertimbangkan situasi ekonomi secara global maupun nasional. Misal Cina dan Amrik sedang perang dagang tuh, pasti ngepek ke nilai rupiah dan harga saham juga. Ya gitu deh, kalau sudah nabung saham terpaksa tidak bisa apatis terhadap perkembangan perekonomian Indonesia dan dunia. Bahkan pilpres April nanti pun jelas akan mempengaruhi harga saham (ntah bagaimana detilnya, stay tuned aja lah pakai RTI business dan grup telegram Desah hehehe).

Tips tenar memilih emiten adalah sejak bangun pagi lihat sekitarmu, barang apa saja yang kamu pakai: matikan alarm hape merk apa, cek ada reply story di IG pake paket data provider apa, cuci muka pakai sabun apa dan sikat gigi pakai odol apa, sarapan makan roti apa dengan selai apa, nyalakan tivi lihat kartun di stasiun tivi mana, berangkat kerjakeras bagaikuda naik mobil apa lewat jalan tol mana, masuk ke kantor yang dibangun oleh perusahaan kontraktor apa. Istirahat siang kok pengen ke mall lihat baju di toko apa, sekalian nyetok obat jadi pergi ke apotek, beli obatnya produksi mana. If we cannot live without those brands, we should buy the stocks! Hahaha keluar uga Bahasa enggresnya, maafkan aku netijen yang budiman.

Oya, tips favorit berikutnya adalah, lebih baik membeli sedikit lot saham per bulan daripada beli sekaligus banyak lot dalam 1 waktu. Naik turunnya harga saham akan memberikan average price yang lebih baik daripada jika kita pilih satu titik waktu untuk beli saham borongan . Jika dibandingkan antara beli TLKM tanggal 31 Januari 2019 di harga 3990 per lembar sebanyak 12 lot, dengan beli TLKM per bulan 1 lot, pasti lebih murah kalau beli per bulan. Bisa jadi Februari nanti harganya 3800 alias lebih murah, yakan.

TA ITU APA

Monmaaf TA ini bukan tugas akhir apalagi titip absen. TA adalah technical analysis atau analisis teknikal. TA adalah analisis terhadap grafik harga saham. Harga saham, seperti hukum supply and demand, akan selalu fluktuatif tergantung banyaknya yang jualan atau yang ingin membeli. Tentu kita pun akan belanja barang saat diskon, yakan. Jualan sebaiknya saat barang itu banyak yang minat, alias saat kita tahu barang yang kita jual itu harganya tinggi, yakan.

TA hanya penting untuk menentukan kapan kita “masuk” alias kapan beli saham suatu emiten dan kapan kita “keluar” alias jual saham kita. Saat harga turun kita sebaiknya beli. Saat kita pengen jual saham kita (padahal rencana ditimbun berpuluh tahun, tapi apadaya butuh uang untuk bayar sekolah anak, jadi boleh deh jual sebagian saham, tidak semuanya kok) sebaiknya pas harganya tinggi jadi kita bisa dapat untung (cuan, Bahasa Cina) banyak. Segala istilah seperti candle stick, moving average (MA), bullish, bearish, resistance, support, koreksi adalah istilah seputar TA, untuk memutuskan enaknya beli/jual kapan, hari ini atau lusa, pagi ini aja atau nanti sorean.

Pesan tenar dari kakek Warren Buffet sang investor, sepuluh besar manusia tersugih di dunia selain “Jangan taruh telurmu di satu keranjang saja (nanti kalau keranjang jatuh, semua telur pecah kamu tak punya telur lagi),” adalah “lebih baik membeli saham dari emiten yang bagus (FA-nya bagus) di harga wajar (tidak harus pas murah banget) daripada membeli saham dari emiten yang biasa-biasa saja di harga murah.” Paham ya? Jadi misal selepas baca tulisanku ini kamu bikin RDN, lalu sudah mantap ingin koleksi TLKM, eh ternyata saat RDN jadi misal 17 Februari 2019 harga TLKM sudah 4000 lebih, terus kamu nunggu dia turun harga. Yang ada juga mungkin makin naik.. Sarannya memang: beli saja sekarang, kalau ditunda nanti makin tinggi, toh TLKM udah jelas FA-nya bagus. Kira-kira begitu, semoga paham ya.

INILAH SIMPULANNYA

Tibalah kita di akhir tulisan panjang dan melelahkan ini. Izinkan kututup dengan ringkasan, bahwa untuk bisa nabung saham kita harus YAQUEEN bahwa saham itu produk halal, bahwa penting untuk menabung saham karena inflasi itu kejam tiada ampun. Tapi alasan utama hanya ini: financial planning. Tujuan-tujuan finansial kita hanya bisa dicapai dengan perencanaan keuangan yang baik. Salah satu perencanaan yang baik adalah dengan menabung dan investasi. Salah satu investasi terbaik selain leher ke atas (maksudnya otak dengan banyak belajar dan tingkatkan skill, lalu  rawat kulit wajah dan sikat gigi biar awet muda dan gigi sehat) adalah investasi saham.

Setelah yakin, saatnya pilih perusahaan sekuritas, membuka rekening saham Syariah (monmaaf aku pukul rata pembacaku sebagian besar muslim), menyiapkan daftar emiten favorit apa saja, berkomitmen untuk beli saham rutin tiap bulan sampai berpuluh tahun ke depan, dan siap untuk memantau berita tentang emiten yang kita punya sahamnya. Ingat untuk beli saat “diskon” (harga lagi anjlok) atau kapanpun di harga wajar, jual hanya kalau butuh uang dan jual saat harga saham sedang tinggi.

BOLEH MENYERAH MEMAHAMI SAHAM

Sampai sini masih saja bingung, pusing dan makin muak dengan investasi saham? Mungkin inilah saatnya untuk mempertimbangkan nabung reksadana. Cuan-nya mirip dengan cuan jika investasi saham. Uang kita memang sebagian digunakan untuk bayar jasa manajer investasi (kalau beli saham sendiri kan tanpa biaya itu, hanya biaya untuk perusahaan sekuritas yang sangat sedikit) tapi tanpa kebingungan dan kerepotan belajar memilih emiten dan kapan beli/jual saham itu.

JADI PENGEN BELI REKSADANA?

Aku tak tahu banyak tentang itu. Banyak perusahaan sekuritas yang melayani transaksi reksadana, contohnya Indopremier. Aku cuma bisa rekomendasi yang sudah kulakukan yaitu pilih perusahaan Bareksa, unduh aplikasi hape Bareksa, daftar online di situ, lalu pilih mau beli produk reksadana apa. Masih ingat ya ada 4 jenis reksadana. Paling banyak cuannya (tapi paling tinggi risikonya) adalah reksadana saham. Best deal adalah reksadana campuran. Semoga tidak makin bingung ya.

Jika masih galau karena belum paham saham tapi nanti kalau sempat atau tidak malas mungkin akan paham, usulku tetap buka RDN ke Indopremier untuk beli reksadana. Perkara nanti akhirnya paham saham, tinggal cus beli saham pakai Ipotgo itu juga. Enak kan. Lebih enak lagi adalah, syarat buka rekening efek (RDN) ke Ipotgo adalah hape kita cukup baru (android lollipop dan lebih muda, atau iOS. Punyaku tidak bisa, huhu), dan langsung jadi dalam sejam saja (bandingkan dengan jika apply Phintas yang butuh 3 minggu dan BNI yang butuh 8++ minggu!)

Aku pun nabung reksadana saham, sesuai saran mbak Wina (Ligwina Hananto) sang idola, “Coba imbangi nabung saham dengan nabung reksadana saham (lalu sepuluh tahun lagi bandingkan tinggi mana cuannya hehe).” Secara teori lebih cuan reksadana saham karena nabung saham dengan emiten pilihan sendiri bisa sangat subjektif dan banyak cacatnya, maklum masih butuh belajar banyak.

Terima kasih sudah membaca sampai sini. Jangan lupa like dan komen ya, tanya atau sekedar menyapa, atau kritik, masukan, dan koreksi… Akhir kata, semoga segala niat baik kita dimudahkan Tuhan. Aamiin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengantar tentang Saham

Disclaimer: tulisan ini sangat panjang, perlu sekitar 12 menit untuk membaca seluruh isinya, dan minim data apalagi fakta ilmiah karena sebagian besar memang curhat belaka. Terima kasih.

PENDAHULUAN

Suatu hari adik kandungku satu-satunya yang cantik dan tajir itu mengajakku belajar saham. Katanya, setelah beberapa lama follow akun IG @jouska_id dia tertarik berinvestasi di saham. Tanpa banyak protes aku mengiyakan karena sobatmiskin yang tidak bangga ini memang selalu mengiyakan banyak hal, hahaha. Singkat cerita kami ke Gramedia, menuju rak buku “investasi” dan memutuskan membeli 2 buku secara acak. Cukup satu buku, cukup beberapa jam, aku berhasil pusing membaca karya Andika Sutoro Putra berjudul Anak Muda Milyader Saham (mayan provokatif kan ya judulnya, pengen baca kaaan heheh). Pusing sekaligus termotivasi, sih. Adikku pun demikian, setelah khatam membaca dia komen, “aku mau bikin summary rasio-rasio itu deh,” (yang sepertinya sampai sekarang belum ditulis). Btw, rasio itu ada banyak, bagian dari analisis fundamental, untuk memilih emiten yang layak dibeli.

Aku juga follow akun-akun IG tentang saham, yang wajib antara lain @indonesiastockexchange dan @ngertisaham, juga @investorsahampemula, lainnya bebas, bisa dengan mencari tagar saham atau investasi saham atau serupa itu. Aku rajin membaca eh rajin buka IG jadi ya lumayan meraba-raba ilmu persahaman dari akun-akun tersebut. Selain itu, beberapa teman SMA-ku yang keren-keren itu juga sudah menabung saham. Jadi dalam komenku untuk status WhatsApp mereka pada suatu hari, aku minta diajari. Seorang teman SMA-ku yang ibu rumah tangga itu menyarankan untuk unduh aplikasi hape bernama RTI business. Di situ aku mulai menghayal apa saja emiten yang mau aku beli. Selain itu, aku dan adikku ikut Sekolah Pasar Modal (SPM) yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia, SPM ini rutin dan gratis. Info jadwal dan pendaftaran bisa ke sekolahpasarmodal.idx.co.id, untuk wilayah Semarang biasanya diperbarui jadwalnya setiap akhir bulan. Kami mendapat jadwal suatu hari Rabu jam 9 pagi sampai jam 12, siangnya dilanjutkan SPM level 2 dengan narasumber dari sekuritas Phintraco (kemudian peserta mendapat rekening di sekuritas itu). Iya benar, cukup tiga jam duduk manis di kelas, langsung paham semua! Sangat keren, BEI itu. Konsisten dengan tujuan negara untuk membuat warganya melek dan investasi saham.

Itu tadi baru pendahuluan dan disclaimer. Bahwa semua yang aku tulis di sini hanya hasil belajar sedikit dari beberapa sumber: akun IG berfaedah, sekolah pasar modal punya BEI, buku yang dijual di Gramedia, beberapa teman keren, dan grup telegram bernama @demokrasisahamgroup dan @syariahsaham. Dan tentu saja seseorang bernama Ligwina Hananto. Yuk mulai!

MENGAPA SAHAM?

Saham yang merupakan surat bukti kepemilikan suatu perusahaan adalah salah satu produk pasar modal. Pasar modal layaknya pasar tradisional adalah tempat jual beli. Pasar modal ini produknya bukan sayur buah atau daging sapi hehehe, melainkan surat berharga, saham, dan lain-lain.

Duh pusing. Ulangi ya. Kalau kita sebagai pegawai negeri hore (eh itu aku) pulang dari ostrali pengen buka kafe yang serupa dengan yang ada di rumah sakit keren di Melbourne, tapi tidak punya cukup uang, aku harus gimana? Solusinya, selain minta uang ke mertua yang belum ada itu (yaiyalah suaminya kan belum ada, plis) adalah meminta beberapa sahabat untuk jadi pemodal. Aku akan bilang butuh 200 juta, antara lain untuk beli mesin espresso La Marzocco seharga 120 juta, meja kursi dan lampu keren yang mahal 50 juta, sewa tempat 20 juta, dan sisanya bahan habis pakai dan gaji karyawan serta marketing. “Enak aja lu minta duit,” begitu ya kira-kira nanti temenku yang tajir, sebut saja namanya Mawar, menjawab proposal. “Aku dikasih apa?” maka aku bilang, ada bagi hasil. Jika aku diberi modal 100 juta maka 20% keuntungan untukmu, Mawar, atau berapa tergantung nego hehe. Jadi Mawar adalah salah satu pemilik kafeku, karena dia sudah kasih duit separuh dari total modal yang kuperlukan. Jadi Mawar dapat uang banyak kalo kafeku laku, dan rugi juga kalo kafeku sepi karena kopiku tak pernah bergula (ehhh iniapa).

Demikian pula perusahaan yang ada di bumi ini. Jika suatu perusahaan sudah “go public” atau menjadi suatu perusahaan terbuka, artinya dia memberikan hak kepemilikan ke banyak orang, dapat uang dari banyak orang untuk mengembangkan perusahaannya dan akan melibatkan orang-orang ini untuk pengambilan keputusan terkait perusahaannya, membagikan keuntungan (dan kerugian haha) ke orang-orang ini juga. Coba lihat suatu PT bernama Danone. Kamu tidak akan melihat nama Danone di daftar emiten (emiten= perusahaan yang go public alias jual saham ke masyarakat) karena Danone memang memutuskan tidak tbk. Alasannya (semoga bukan gosiiip hehe) karena PT ini tidak suka disetir pihak luar (para pemilik saham) untuk memutuskan hal-hal terkait manajemen. Demikian pula Wings food dan Pertamina, mereka belum tbk loh. Belum atau selamanya tidak akan, entahlah. Mungkin kalau pertamina go public nanti kebijakannya banyak yang merugikan negara dan menguntungkan pihak asing? Hehe maaf ni mbak dokter banyak amat komen provokatifnya ya, huft. Pokoknya tidak semua PT itu tbk, walaupun BEI mendorong banyak PT di Indonesia untuk menjadi tbk karena go public membuat PT harus membereskan laporan keuangan (karena wajib diunggah di web BEI dan dilihat seluruh dunia hehe), manajemen, dan banyak hal, sehingga diharapkan meningkat kualitasnya. Dilihat dan dimiliki banyak orang, jadi grogi dan harus keren gak sih? Gitulah kira-kira.

Lalu mengapa harus investasi saham? Hemm sebenarnya tidak harus. Tidak ada yang harus di dunia ini, semuanya pilihan. Yang tidak bisa dipilih itu konsekuensi dari pilihan kita yakan hahaha. Bagi sebagian besar orang, motivasi utama untuk investasi saham adalah untuk menghindari inflasi. Inflasi singkatnya adalah jaman dulu harga bakso semangkok dua ratus perak sekarang dua puluh ribu perak (10,000% lebih tinggi). Jika kita menabung sejuta hari ini apakah nilai sejuta di tahun 2039 (semoga masih ada umur, aamiin) akan sama? Sekarang sejuta dapat sepatu lari merk Saucony apakah dua puluh tahun lagi juga begitu? Jadi,  mengumpulkan uang dan menyimpannya masih belum cukup. Penyimpanan itu harus bertumbuh nilainya mengiringi inflasi, kalau bisa melebihinya. Kalau bisa nabung sejuta hari ini 2019, 20 tahun lagi berkembang jadi 100x lipat alias seratus juta. Gitu kan ya cita-citanya hehehe.

Gimana? Udah tahu urgensi investasi saham? Kalau ibuku yang dosen Bahasa Inggris itu (tahun ini pensiuun btw) akan bilang itulah mengapa kalau tikus tinggal di rumahmu istilahnya my house is invested by rodents (tikus berinvestasi di rumah) karena tikus itu breeding rate nya tinggi, sekali hamil bisa beberapa ekor janin, sebulan hamil berapa kali. Jadi dalam beberapa bulan dari 2 ekor tikus bisa jadi puluhan. Itulah investasi hahaha, maaf jijik ya sama tikus.

Baiklah aku tambahkan lagi urgensi investasi saham selain cuma untuk memastikan nilai uang yang kita simpan tidak turun tergerus inflasi. Bikin subjudul dulu biar keren:

FINANCIAL PLANNING

Generasi kekinian ternyata terkenal dengan kecenderungan suka memiliki barang-barang mahal yang nilainya akan semakin turun seiring waktu, contohnya jam tangan merk Garmin atau sepatu lari merk Nike atau hape merk iPhone XR namun tidak berkomitmen mengumpulkan asset alias harta benda yang nilainya naik seiring waktu seperti properti rumah atau tanah atau bisnis. Teman-temenku pembaca tentu bukan yang dimaksud. Kuyakin para pembaca sudah punya asset, minimal sedang mencicil rumah atau sudah punya mobil yang lunas bahkan ada yang sudah resign dari pekerjaan karena full-time jadi pengusaha di start-up nya, yakan.

Suatu hari di bulan Oktober 2018 (curhat lagi yak maaf) aku ikut charity run bertajuk Miles to Share. Btw ini gerakan sosial serupa Run to Care ku tempo hari itu lho. Kami berlari,  kamu berdonasi, sehingga para penderita kanker bisa terbantu. Jika pengen ikut lari untuk galang dana boleh banget komen ya, atau follow IG @milestoshare lalu bilang pengen gabung. Tim ini terdiri dari berbagai kalangan, daerah, dan usia, termasuk seorang terkenal bernama Ligwina Hananto, akun IG nya @mrshananto dan @qm_financial. Dia menulis buku di 2011 tentang perencanaan keuangan, aktif di twitter dan aku tahu memang dia suka lari. Singkat cerita, obrolan dengan orang keren ini membuatku bercermin betapa aku ini si kekinian dengan asset nol. Kalimat andalannya, “Thank me later,” I thank her already karena akhirnya aku memberanikan diri nulis blog post tentang saham ini! Makasih mbak Wina, tapi kamu jangan baca blog ini aku maluu…

Jadi di subjudul ini aku cuma mau merangkum hasil belajar supersingkat ku dengan mbak Wina.

TUJUAN FINANSIAL

Manusia hidup itu punya tujuan-tujuan yang butuh uang. Tujuan finansial bisa berupa punya rumah, punya villa, punya dana darurat (yang sebesar 1x atau 3x atau 6x pendapatan per bulan), pensiun dini, membayar sekolah anak, membayar kuliah anak, melahirkan, naik haji, punya mobil Tesla 4 Milyar, bangun panti asuhan, dll. Nah dengan adanya tujuan-tujuan itu, perlu ada perencanaan keuangan. Perencanaan keuangan ini tidak bisa hanya dengan rajin menabung, berhemat, dan kerja keras bagai kuda. Ada faktor lain yang mungkin mengganggu kelancaran misalnya inflasi yang tidak terhindarkan, kemungkinan meninggal sebelum tujuan itu tercapai (lalu siapa nanti yang kerja keras bagaikuda?) sehingga butuh asuransi, ada kewajiban ukhrawi bernama zakat infak dan sedekah. Bayangkan sebuah rumah untuk menjadi analogi: atapnya adalah asuransi, lantai 1 adalah cashflow yang terdiri dari pendapatan, cicilan utang, pengeluaran rutin, lantai 2 adalah tabungan dan investasi, dindingnya zakat dan sedekah. Duh aku ngarang ini, maklum belum ikut kelas berbayarnya mbak Wina (curhat lagi).

Contoh tujuan finansial adalah punya rumah di tahun 2025 seharga 2M (jangan ketawa, aminkan saja), maka tujuan ini bisa dicapai dengan waktu yang tersisa yaitu 6 tahun alias 72 bulan dengan menabung 28 juta per bulan mbuh-piye-carane hehe. Oke simpen dulu angka 28 juta ini ya. Bagaimana caranya menyisihkan 28 juta per bulan? Pastikan dari total pendapatan per bulan, 28 juta itu tersisihkan setelah kita bisa makan dan hidup layak. Pos pengeluaran bisa dibagi menjadi 5 saja (beda sumber, beda jumlah pos tapi yah mirip kok). Dari total pendapatan per bulan, konsumsi (makan, bensin, telepon, listrik, dll) maksimal 60%, cicilan utang (misal utang rumah 2M itu hahah) maks 30%, sedekah/zakat 2.5%, tabungan dan investasi 10%, dan gaya hidup 10%. Persentase ini bukan ngarang, tapi ditetapkan oleh para ahli demi kondisi keuangan yang sehat. Jika ada kejadian di luar rencana misalnya teman yang mendadak menikah (ealah) padahal kita sobatmiskin tidak punya dana darurat sedangkan gajian masih lama, sebaiknya ambil dari pos “gaya hidup” alias minggu ini tidak usah ngopi ke starbak karena duitnya masuk amplop untuk kondangan teman. Jika sahabat lain juga menikah padahal pos gaya hidup sudah terpakai semua, maka terpaksa bulan itu tidak menabung, tak apa daripada dipecat jadi teman….

Emm jadi tujuan finansial sebaiknya meliputi judul (seperti: melahirkan normal), waktu (tahun 2019 aamiin ya Alloh), dan jumlah uang yang diperlukan. Dari situ metode bisa dibuat, butuh berapa bulan sehingga butuh berapa juta per bulan, lalu bagaimana cara achieve itu.

MENABUNG ITU HANYA UNTUK YANG MAMPU

Btw lagi, mbak Wina membuat singkatan untuk prioritas bersikap soal uang: MBBM. Ditulis urut prioritas ya. Yaitu menghasilkan uang, berbelanja, berbagi, menabung. Sederhananya, kalau belum bisa menghasilkan uang (atau dapat uang dari ortu untuk yang belum kerja) ya tidak bisa berbelanja apalagi berbagi apalagi menabung. Kalau sudah menghasilkan uang dan sudah belanja lalu ada sisa uang, prioritaskan untuk sedekah daripada untuk menabung. Iya, menabung adalah prioritas terakhir. Eh maksudnya, menabung itu perlu tapi kita manusia harus hidup sehat ya, jangan demi nabung terus tidak belanja makan, kan gimana gituu…

Ingat bahwa salah satu tips keuangan paling terkenal adalah, paksa diri untuk menyisihkan 10% pendapatan per bulan untuk menabung, sisa 90% nya baru bisa dipakai untuk apapun, dengan begitu kita akan aman sejahtera di masa depan (karena punya tabungan).

NAMBAH PENGHASILAN

Btw kalau pakai rumus cicilan maks 30% pendapatanku, yang setara 28 juta,  berarti aku harus bergaji hampir 100 juta ya gaes (diaminkan lagi). Gimana cara gaji 100 juta sementara mbak dokter PNS yang sedang tidak praktek ini cuma hobi skrol IG 5 jam sehari dan lari sesekali? Pilihannya yang sudah kusebutkan tadi: tambah penghasilan mbuh-piye-carane misal jadi driver gojek, jualan tas kulit (cus japri wasapku kalau pengen tas kulit!), praktek di beberapa RS, dan banyak cara lain. Follow akun IG @garyvee pasti jadi semangat nambah penghasilan deh! Eh itu menurutku sih hehehe. Pilihan berikutnya adalah berhemat: tas kulit harga dua juta merk fossil kan sama ya fungsinya dengan tas kanvas bikinan bandung seharga dua ratus ribu (10%nya). Jam tangan merk QnQ kan udah awet ya, sama aja fungsinya dengan Tissot yang puluhan kali lipat harganya. Dan bentuk humility lainnya. Menahan diri, tidak ikutan gaya seperti temen-temen tajir di sekitar kita. Duh maaf contohku segitu doang. Mungkin pembaca banyak yang pake jam fossil karena itu udah pilihan hemat dibanding beli jam ratusan juta (maaf tidak paham merk harga segitu). Apa pilihan ketiga selain nambah penghasilan dan berhemat?

Masa lupa?

Iya bener.

Apa itu?

INVESTASI!

Hari ini nabung 100 ribu, 10 tahun lagi duit itu jadi 200  ribu atau bahkan sejuta (10x lipat). Gimana caranya? Investasi.

Untuk mencapai tujuan finansial “rumah 2M tahun 2025” terlalu berat untuk nabung 28 juta per bulan kan, maka aku bisa memecah tabungan itu ke produk lain selain tabungan yaitu ke produk yang sangat mungkin bertumbuh jumlahnya, alias returnnya tinggi. Dengan kata lain: investasi. Ingatlah kisah investasi tikus di atas, dari dua jadi dua puluh atau empat puluh. Kalau nabung deposito harapannya bunganya besar, misal tabungan 10 juta tahun ini, tahun depan bisa jadi 11 juta karena dapat bunga sejuta, maka pilih produk pasar modal returnnya lebih besar dibanding hanya sejuta itu. Jika 28 juta per bulan aku investasikan maka hasilnya nanti pasti lebih dari sekedar 28 juta plus bunga bank, kan.

Menurut mbak Wina semakin jauh waktu pencapaian tujuan finansial misal ingin pensiuun usia 50 tahun alias 18 tahun lagi (dibanding tujuan “punya rumah 6 tahun lagi”) maka tabungan bisa didiversifikasi ke produk lain yang nilainya bertumbuh (return nya tinggi). Namun Tuhan Maha Adil maka semua produk yang return nya tinggi pasti risikonya mengikuti. Makin tinggi return makin tinggi risikonya. Makin tinggi pohon makin kencang anginnya. Ini berlaku di segala aspek kehidupan. Mau bersuamikan Hamish? Harus tahan cobaan hati dalam menghadapi paparazzi. Kalau tidak siap dengan gemerlap kehidupan arteizz, ya harus sabar bersuamikan si mas yang tidak seberapa ganteng dan tidak seberapa kaya, hanya pria akhir zaman yang ingin semakin bertakwa. Eaaa.. Umm singkatnya, jika masih banyak waktu (Belanda masih jauh) misal anak masuk SMP 10 tahun lagi, maka bisa persiapkan dana dengan investasi dengan return tinggi walau risiko tinggi.

Kenapa risiko tinggi itu aman kalau tujuannya masih lama, masih nanti-nanti? Biarkan kujelaskan dengan contoh. Misal karena gerakan global yang gencar soal zero waste maka Unilever yang produknya dikemas dalam botol plastik diboikot selamanya (misaaal, sepertinya tidak mungkin) maka duit kita yang hilang karena harga sahamnya turun drastis karena bangkrut akibat boikot ini “bisa dicari lagi” karena waktu masih panjang. Jadi jika tahun 2020 mau sekolah spesialis ya duit yang sudah siap ditabung saja, jangan disimpan dalam bentuk investasi saham yang risikonya tinggi (btw saham itu risikonya memang lebih dibanding nabung biasa di bank). Contoh risiko lagi nih. Beli saham Telkom tahun ini beli 12 lot eh tahun depan indosat berjaya dan Telkom rugi karena kalah saing (ini juga tidak mungkin sepertinya)? Maka banyak sumber bilang, saham itu sebaiknya untuk jangka panjang. Satu, dua, atau tiga dekade sekalian. Kalau mau menyimpan uang untuk tujuan finansial 1-2 tahun lagi bahkan 5 tahun lagi pakailah produk lain misalnya reksadana atau deposito.

APAAN REKSADANA?

Btw reksadana adalah menitipkan uang kita ke manajer investasi (MI) untuk dibelikan produk pasar modal. Reksadana (RD) ada 4 jenis. RD pasar uang, RD pendapatan tetap, RD campuran, dan RD saham. Ditulis sesuai urutan dari risiko terkecil sampai terbesar. Jadi kalau kita beli RD pasar uang berarti uang kita akan dikelola MI untuk disimpan di deposito dan mungkin obligasi (duh lupa). RD pendapatan tetap berarti dibelikan produk yang dapat kupon rutin seperti SBN, sukuk, ORI. RD campuran berarti campuran dari keempat itu. RD saham itu return nya paling tinggi tapi risikonya juga tinggi. Kalau harga saham turun ya return nol atau bahkan duit kita berkurang . Tapi sekali lagi, untuk jangka panjang toh kerugian kita akan tertutup dengan kenaikan nilai saham asalkan perusahaannya bagus.

JUDI? SPEKULASI? KALAU BENTUK INVESTASI LAIN?

Sudah sampai sini dan semakin yakin saham itu nonsense, mendingan investasi dengan beli rumah, tanah, emas atau logam mulia lain? Boleh saja. Kata Mbak Wina, investasi paling ideal memang semua itu: properti, tanah, logam mulia, dan portofolio saham, dan bisnis. Yes memang bisnis itu potensi return nya tinggi. Modal kafe 200 juta mungkin omset bulanan bisa 1 M. Risiko bangkrut juga besar sih hehe. Bahkan modal terkecil itu bisnis. Duit 5 juta bisa untuk bisnis martabak, diharapkan balik modal bisa segera terjadi, dan return bisa tinggi. Sedangkan untuk punya properti butuh ratusan juta.  Kalau boleh boleh kutambahkan, kan susah tuh nyicil properti, yaudah nyicil nabung saham aja, 100 ribu per bulan, setahun kan jadi punya saham 1.2 juta, lalu 5 tahun kan tabungan udah 6 juta misalnya, itu belum ditambah capital gain dan dividen lho. Lagipula properti nilainya tidak selalu naik. Nah kalau harga saham asalkan perusahaan baik ya jelas naik hehe. Boleh aja beli rumah di perumahan yang dibangun oleh PT. ADHI tapi sekalian aja beli sahamnya ADHI… Boleh aja makan Indomie di Burjo tiap hari karena jomblo, tapi jangan lupa beli saham Indofood alias ICBP…

Jadi jika sudah membaca sampai sini tapi makin bingung enaknya nabung saham atau tidak usah? Jalan tengahnya ya nabung di reksadana. Terima beres, uang kita akan diatur MI dibelikan saham apa saja terserah mereka yang ahli, return semoga lebih tinggi daripada kalau uang hanya ditimbun di deposito.

Sampai sini masih yakin main saham itu judi? Dewan Syariah Nasional adalah badan yang ngurusin beginian, memutuskan bahwa produk pasar modal yang Syariah yang terdaftar di BEI itu halal. Saham Syariah yang terdaftar di index Syariah seperti JII, JII70, ISSI (apalagi ya?) itu halal. Siapa kita? Setahuku sih bukan ahli fiqih apalagi berwenang mengeluarkan fatwa. Emiten-emiten yang Syariah itu seperti apa? Jelas bukan usaha yang haram, contoh yang haram seperti bank konvensional, asuransi (wallahu alam), miras, rokok, juga bukan PT yang utangnya lebih banyak daripada assetnya, boleh ada utang tapi ada angka maksimalnya (tidak paham berapa), dan banyak kriteria lain.

HARAM?

Sampai sini sudah tidak sabar buka rekening investasi tapi galau buka rekening Syariah atau yang biasa saja? Saranku Syariah saja karena yang membedakan saham Syariah dan tidak, selain perusahaannya, juga mekanisme transaksi saham. Kalau reguler (non Syariah) kita boleh ngutang untuk beli, dan beberapa perbedaan lain yang aku tidak hapal.

Sampai sini masih merasa saham itu spekulasi? Kita ke mall paragon untuk beli sepatu lari terus batal karena pengen bandingkan harga ke DPmall eh ternyata di DP lebih mahal itu namanya spekulasi hehe. Eh maaf analoginya payah. Intinya yang spekulasi itu bukan produknya tapi pelakunya. Mau barang halal di pasar kalau penjualnya spekulatif ya gimana. Lagipula tulisan blog ini tujuannya ngajak nabung saham, bukan trading saham. Apalagi trading saham harian, pagi beli siangnya jual. Itu keren dan sepertinya aku bisa cepat kaya eh cepat bisa punya rumah 2M tapi butuh kemampuan analisis yang super, karena jelas kalau dasar jual/beli saham pakai ilmu nujum itu dosa, entah butuh berapa puluh tahun untuk bisa analisis dengan baik (ingat aturan 10ribu jam terbang hehe).

MAU BACA KISAH SUKSES NABUNG SAHAM?

Banyak kisah sukses investasi misalnya per bulan beli saham unilever 1 lot (seharga hampir 5 juta rupiah), dalam setahun jadi 12 lot kan (60 juta), didiamkan selama 10 tahun saja. Maka 10 tahun kemudian 60 juta itu sudah menjadi 100 juta, mungkin lebih. Misal beneran jadi 100 juta, 40 juta itu uang apa/ dari mana? Itu namanya selisih harga saham alias capital gain. Belum lagi dividen (bagi hasil) per tahun yang merupakan hak para investor (pemilik saham). Ingat kisah Mawar di atas yang akan dapat bagi hasil dari kafeku hehe. Jual saja 12 lot Unilever itu sehingga “tabungan 60 juta yang sekarang sudah 100 juta” itu bisa untuk bayar sekolah spesialis, misalnya. Eh bayar uang masuk SMA anak aja deh. Hehe.

Gimana? Masih butuh skrinsut highlight dari IG @ngertisaham yang isinya banyak anak kuliah usia 20an yang sudah punya beberapa ratus lot saham bluechip (ratusan juta atau milyaran rupiah jika dinominalkan)?

Dengan mengingat kembali bahwa banyak tujuan finansial kita yang harus dicapai, investasi saham adalah salah satu metode yang layak ditempuh selain menambah penghasilan, berhemat, menabung, dan investasi di properti, logam mulia, dan berbisnis.

Terakhir deh ya. Lebih dari separuh kepemilikan saham perusahaan tbk di Indonesia adalah asing. Anak Indonesia sendiri memegang sekitar 41% dari total saham beredar. Angka ini saja sudah sangat tinggi dibanding sekitar 10 tahun lalu yang cuma 30an persen. Terima kasih kepada pemerintah melalui BEI yang gencar dengan program Yuk Nabung Saham-nya. Seorang keren bernama Nicky Hogan (beliau juga pelari jarak jauh!) adalah salah satu yang berperan penting, juga menulis buku berjudul sama yang kurasa semua orang harus baca agar maqueen yaqueen untuk investasi saham. IG nya @nickyhogan kebanyakan berisi link tulisan beliau di blog, yang sangat layak baca karena bagus!

Sekian kuliah panjaang lebar yang membosankan dariku. Terima kasih sudah bersabar membaca sampai sini. Nantikan seri kedua yang (mungkin) berjudul Lalu Bagaimana Cara Investasi Saham? Tanyakan apapun di komen ya.

Terima kasih banyak!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dream Meaning

Percayalah itu frase langganan di pagi hari yang kuketik di browser hapeku bersama dengan beberapa kata kunci lain yang teringat beberapa menit setelah bangun tidur. Duh, sangat ingin menulis blog dalam Bahasa Inggris lagi, namun mungkin di tulisan berikutnya saja. Hehehe.

Entah mengapa ketika aku mengetikkan kata kunci dalam Bahasa Indonesia lalu dilanjut dengan “tafsir mimpi” atau “arti mimpi” aku merasa durhaka pada Tuhan. Namun jika semua hasil pencarian dalam Bahasa Inggris, aku merasa sedikit lebih ilmiah. Hahaha, sungguh alasan saja.

Terlepas dari apa kata Tuhan dan agama tentang mimpi sang bunga tidur, secara medis mimpi terjadi di periode gerakan mata acak yaitu saat tidur dangkal. Di sini aktivitas otak lumayan tinggi mendekati saat sadar (bangun, tidak tidur). Dibandingkan saat tidur dalam alias periode tanpa mimpi, apalagi.

Seorang sahabat yang terlalu cerdas sehingga menjadi penerjemah buku tulisan sang psikolog dan psikiater Carl Gustav Jung menceritakanku banyak hal tentang mimpi. Singkat cerita aku sepakat bahwa mimpi adalah aktivitas otak bawah sadar yang sesungguhnya adalah representasi jiwa, dan mungkin entitas yang lebih tinggi (hati nurani, cahaya kebenaran, atau Tuhan). Mimpi seringkali berupa keresahan hati nurani yang muncul agar diketahui alam sadar. Terkoneksi dengan mimpi berarti berusaha mengenali diri sendiri, yang tujuan utamanya adalah harmoni. Namun jika kita tidak pernah mengingat mimpi dan mungkin tidak pernah bisa, tenang saja, otak sadar kita sudah dan akan bekerja meladeni si bawah sadar yang minta diperhatikan itu kok, tanpa kita sadar. Eh begitu kira-kira.

Kata orang bijak, bahagia adalah jika pikiran, perkataan, dan perbuatan kita sejalan. Aku baru paham setelah beberapa waktu ini mencoba mengingat mimpi dan mencari arti simbol-simbol yang muncul. Menariknya lagi, manusia yang sudah menghuni bumi sejak ribuan tahun yang lalu mewariskan dari generasi ke generasi tentang simbol-simbol. Kakek dan nenek moyang kita akan memimpikan hal serupa dengan kita, karena begitulah otak manusia: butuh simbol.

Tidak ada tujuan pengkhianatan pada Tuhan dalam tulisan ini. Tafsir mimpi semata menerjemahkan simbol-simbol dalam mimpi sebagai keresahan jiwa yang harus diatasi. Atau sebaliknya, kedamaian hati yang akhirnya tercapai. Jika dalam lima menit pertama sejak bangun tidur kita berdiam memanggil ingatan, mimpi akan lebih mudah tersimpan (lalu dicari artinya via google hehe).

Suatu hari aku menyadari bahwa kehidupanku tidak sempurna. Hahaha sebelumnya memang merasa baik-baik saja walau heran kenapa sering merasa sedih. Lalu aku disadarkan oleh kemungkinan bahwa ada masalah kronik (menahun) di lingkungan terkecilku yang akhirnya mempengaruhi perkembangan mental emosionalku, yang mungkin membuatku sedih. Lalu dalam beberapa hari, tahukah aku mimpi apa? Sungguh aku terpesona: aku memimpikan rumah yang sangat sederhana, berlantai tanah, beratap rumbia. Lalu aku teringat bahkan saat usiaku belum sepuluh, mimpi rumahku adalah goa. Goa batu, yang terbentuk alami tanpa perlu dilubangi oleh manusia.

Salah satu simbol paling tenar untuk “diri” adalah rumah. Jika kita memimpikan rumah, hampir pasti itu adalah lambang dari diri kita sendiri. Rumah mewah, besar, nyaman? Konsep dirimu bagus sekali. Gubug reyot atau goa primitif? Sungguh kamu itu imatur.

Beberapa bulan sejak aku tergerak mengingat setiap mimpiku berkat sahabatku itu, rumahku membaik. Rumahku sudah berlantai keramik. Jelas sudah tidak di goa. Kadang rumahku besar dan bertingkat.

Suatu hari yang lain aku memutuskan ingin melanjutkan sekolah. Tahukah mimpi apa aku malamnya? Aku menemani seorang gadis Asia timur berambut jingga. Lalu esoknya aku mimpi lagi. Kali ini akulah yang berambut jingga, walau jingganya semakin tua mendekati merah atau terakota. Rambutku panjang hingga ke pinggang. Merah menyala dan aku seperti seorang gadis Kaukasia. Daripada mengintip google, sini kuberitahu warna jingga dalam sejarah manusia melambangkan apa: ranah baru, ilmu baru, tantangan baru. Begitulah, jelas pilihan “sekolah lanjut”ku di luar dugaanku sendiri namun sepertinya nuraniku bersorak riang.

Aku belum juga selesai membangun rumah rupanya. Masih ada mimpi-mimpi yang menurutku layak kutulis ulang dalam diary misalnya, atau kugambar skematis hanya sekedar untuk melihat perkembangan jiwaku sendiri. Baru saja kemarin aku bermimpi di hutan, menjelajah dalam ketakutan. Tidak ingin kuceritakan rinci, karena banyak rahasia yang sebaiknya kusimpan sendiri.

Oh ya, ada seorang teman baru yang lucu, yang mau saja kuminta mengingat mimpinya. Dan tentu saja dia terlalu cerdas untuk permainan ini sehingga dia mengaku bahwa aku ada di mimpinya. Aku tak peduli jika dia hanya mengkhayal saja. Aku memilih percaya, dan berharap akan ada cerita dengannya (dalam blog ini mungkin nanti) entah tentang apa.