Nouman Ali Khan ke Indonesia (dan kisah mukjizat “kata-kata” Nabi Musa)

Terdengar sayup-sayup gaung pidato berbahasa Inggris, suara yang kukenal, beraksen Amerika. Ah, Pak Ustadz sudah memulai khotbahnya. Aku bergegas masuk ruangan ketika materi sudah bergulir sekitar sepuluh menit. Inilah ringkasan sekenanya dari tiga jam penuh air mata (karena materinya mengena, atau karena aku ngefans dengan pembicaranya, atau karena aku sudah jauh-jauh ke ibukota untuk duduk di sini mendengar beliau bicara). Perlu waktu sekitar sepuluh menit untuk selesai membaca ini. Mohon disiapkan hati karena ringkasan agak sulit dicerna. Mohon buka Quran surat Asy Syu’ara  (“Para Penyair”, surat ke-26) ayat 10-68, karena tiga jam bersama pak ustadz adalah membahas ayat-ayat itu semata. “Musa, the most talked-about prophet in the Quran.”

Nouman Ali Khan adalah seorang Pakistan berkebangsaan Amerika, seorang pendakwah muslim yang kanal youtube-nya kutemukan beberapa tahun lalu saat aku di Australia. Dakwahnya sebagian besar mengenai tafsir Al Quran. Pendekatannya ilmiah, linguistik, jadi mudah dicerna. Beliau mendirikan sekolah tasfir Al Quran bernama Bayyinah Institute. Beberapa haters mengatakan bahwa ustadz ini pilih-pilih materi dalam berdakwah, menghindari materi penting namun sensitif seperti jihad atau hukum halal haram, sehingga dituduh antek Amerika, dan lain sebagainya.

“Semoga Alloh Memudahkanmu menjauhkan diri dari orang-orang yang berlaku buruk (wrongdoing people). Dengan berjauhan dari mereka kamu akan sembuh dari luka-luka hati, semakin kuat, sehingga bisa kembali ke mereka orang-orang yang salah, untuk membantu mereka. Kita merasa ketakutan pada para wrongdoers ini dalam memperlakukan kita, padahal merekalah yang harusnya merasa takut, merekalah yang butuh bantuan.

Tema kajian berjudul “Story Night World Tour Jakarta” ini adalah tafsir Quran surat As-Syuara ayat 10-68. Kisah dimulai dengan adanya perintah Alloh pada Nabi Musa alaihissalam di QS As Syu’ara ayat 10-15. “Dan (ingatlah ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya), Datangilah kaum yang zhalim itu, yaitu kaum Firaun. Mengapa mereka tidak bertakwa?” Musa diminta ke Mesir. Ayat “Sami’na wa atho’na “(aku dengar maka aku patuh) tidak berlaku pada kisah ini karena Musa justru menjawab perintah Alloh bukan dengan kepatuhan melaksanakan perintah itu namun dengan lima poin:

1.       Aku takut dibilang pendusta

2.       Dadaku sesak (bahasa medis: aku merasa cemas, tidak percaya diri)

3.       Lidahku tidak bisa bergerak untuk berkata-kata

4.      Maka utuslah Harun saja (yang sebaiknya mengemban tugas ini)

5.       Aku takut Firaun dan anak buahnya akan membunuhku.

Manusia secara fitrah lebih takut terhadap perkataan daripada perbuatan orang lain. Musa mengungkapkan ketakutannya dibunuh di urutan kelima, jauh di bawah ketakutannya untuk dipermalukan dengan perkataan. Kisah Maryam saat hamil Nabi Isa a.s. juga menjelaskan hal serupa, bahwa Maryam merasa lebih baik dia mati daripada dipermalukan (karena hamil tanpa suami). Mempermalukan orang lain adalah tindakan kriminal yang nyata, dan kata-kata dapat menjadi hal yang mematikan.

Orang-orang paling sulit dalam hidup kita justru adalah keluarga inti sendiri. (di sini saya menangis, antara sayalah si zolim atau sebaliknya). Detilnya jadi lupa! Huhuhu. Emm tapi sepertinya take-home message nya antara lain bahwa rasa takut atau cemas terhadap sikap orang-orang terdekat yang toksik terhadap kita sangat wajar dirasakan, sehingga menjauh adalah cara terbaik untuk memastikan kesehatan mental. Maasya Alloh sampai sini saya merasa hari ini beruntung bisa duduk di situ mendengarkan.

Nabi Yakub a.s. memang hanya curhat ke Alloh mengenai anaknya, karena beliau tidak memiliki dukungan moral dari siapapun. Namun ketika kamu yakin sekali bahwa kamu tidak akan bisa melakukan sesuatu (seperti kisah Musa yang merasa tidak mampu ketika diperintah Allah untuk kembali ke Mesir menghadapi Firaun), dukungan moral dari orang lain akan dapat membantumu yakin pada diri sendiri bahwa kamu bisa melakukannya. Jadi berdoalah minta tolong kepada Alloh seperti Musa meminta tolong. “It’s okay to need people,” as moral supports. Dalam kisah ini Musa didukung secara moral oleh saudaranya, Nabi Harun.

Jawaban Alloh kepada Musa, “Jangan takut (mereka tidak bisa membunuhmu). Maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat). Sungguh, Kami bersamamu mendengarkan (apa yang mereka katakan.” Perhatikan ayat Quran bahwa “dengarkanlah mukjizat” bukan lihatlah mukjizat. Hal ini karena mukjizat Musa yang utama adalah perkataan.

Perintah Alloh untuk Musa adalah agar Musa menyampaikan 2 hal ke Firaun (QS Asy Syu’ara ayat 16-22):

1.       Sesungguhnya kami adalah rasul rasul Tuhan seluruh alam

2.       Lepaskanlah Bani Israil bersama kami.

Dua kalimat itu menimbulkan reaksi Firaun berupa gaslighting (artinya semacam bentuk pelecehan emosional yang menyebabkan lawan bicara mempertanyakan dirinya dan kewarasannya sehingga memberikan pelakunya kekuatan dan kontrol untuk mengendalikan lawan bicara).

1.       Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.

2.       dan engkau telah melakukan (kesalahan) perbuatan yang telah engkau lakukan.

3.       dan engkau termasuk orang yang tidak tahu terima kasih.

Ucapan Firaun di atas adalah contoh gaslighting. Salah satu tujuannya adalah mengecilkan definisi lawan bicara menjadi hanya sebesar kesalahan-kesalahannya. “Hanya sebesar itulah harga dirimu.” Ucapan pun berupa respon yang tidak relevan dengan pesan yang disampaikan Musa, bertujuan menekan dan memanipulasi mental lawan bicara. Begini penjelasannya:

1.       beraninya kamu, padahal sejak bayi kamu dititip di sini, kurawat kau sebagai anak angkatku, sekarang lihat apa yang kamu lakukan padaku.

Hal ini membuat Musa merasa tidak mensyukuri kasih sayang ayah angkatnya.

2.       Firaun mengingatkan Musa akan hal-hal baik yang dilakukannya. Firaun merasa berjasa jadi bisa melakukan apa saja. Ucapan ini membuat Musa merasa sudah tidak respek ke ayah angkatnya sendiri. Firaun juga mengingatkan kesalahan Musa yang lampau (membunuh orang). Mengungkit kesalahan!

3.       Firaun mengecilkan Musa dengan membuatnya merasa telah melakukan kesalahan, dengan berkata ke anak-anak buahnya, “Lihatlah dia.” (Bayangkan mengucapkan itu dengan nada mem-bully).

Maka inilah tips dari Musa (dengan kekuatan dari Alloh) menghadapi gaslighting seperti Firaun terhadap Musa itu:

1.       Tetap sembunyikan aib diri dan orang lain. Musa mengakui kesalahannya namun tidak membuka aibnya sendiri dengan menjelaskan secara detil apa kesalahannya (membunuh orang) sehingga semua yang mendengarkan di situ menjadi tahu.

2.       Argumen harus logis dan tidak emosional. Contoh pada kisah ini adalah Musa menjawab gaslighting Firaun dengan sikap yang menganggap “sikap Musa yang tidak bersyukur terhadap ayah angkatnya sendiri” sebagai tidak berhubungan secara logis dengan 2 pesan dari Musa yang disampaikan.

3.       Musa juga berterima kasih atas jasa Firaun telah merawatnya dan justru menjadi poin agar Firaun menghentikan perbudakan pada Bani Israil.

Tiga poin penting di atas yang ditampilkan oleh Musa untuk menghadapi gaslighting ada di QS Asy Syu’ara ayat 16-22.  “(1) Aku telah melakukannya dan ketika itu aku termasuk orang yang khilaf. (2) Lalu aku lari darimu karena aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku menganugerahkan ilmu kepadaku serta Dia menjadikan aku salah seorang di antara rasul-rasul. (3) Dan itulah kebaikan yang telah engkau berikan kepadaku (sementara) itu engkau telah memperbudak Bani Israil.”

Tidak ada dalam sejarah manusia, negosiasi politik dilakukan dengan seseorang mendatangi kerajaan seorang pemimpin dan menentangnya dengan mengatakan bahwa ada raja lain yang adalah raja segala raja. Itulah yang dilakukan Musa. Dan Firaun tidak berkutik. Jika orang-orang ini tidak bisa mengontrolmu (karena Musa berhasil tetap logis dan tidak terbawa pada perasaan tidak bersyukur, tidak respek, maupun merasa kecil/remeh) mereka akan mengontrol orang-orang di sekitar misalnya dengan membuat opini negatif tentang dirimu. Poin ini terdapat dalam QS Asy Syu’ara ayat 23-29.

Jangan remehkan kekuatan perkataan, terutama saat kamu tetap logis ketika lawan bicaramu emosional. Orang-orang toksik butuh bahan bakar berupa atensi. Mencuekkan adalah serangan terhebat ke orang-orang ini. Jangan menyuplainya kekuatan dengan berespon. Simply ignore.

Selain itu, jangan berubah haluan, tetap pada misi. Jangan bereaksi (terhadap emosi atau ucapan gaslighting mereka). Jangan biarkan orang-orang ini mempengaruhimu.

Kisah Firaun dan Musa berlanjut dengan Firaun yang mengatakan jika kamu (Musa) tetap berbicara aku akan melukaimu. Ini adalah contoh blackmailing.

The most powerful thing in the Quran is its words. The message. Not stories of the miracles. Hal ini juga menjelaskan mengapa Musa baru mengeluarkan mukjizat berupa tongkat yang berubah menjadi ular di bagian akhir (jauh setelah negosiasi atau perkataan powerful Musa) dan itupun ketika Firaun meminta, “berhentilah bicara, buktikan.” Hal ini ada dalam QS Asy Syu’ara ayat 29-32. Selain itu, Firaun memanggil para jendralnya dan menuduh Musa sebagai penyihir (karena mengubah tongkat menjadi ular). Aksi Firaun ini memberi validasi kepada para jendral bahwa mereka dibutuhkan Firaun (validasi ini dilakukan Firaun untuk memanipulasi anak buahnya agar memihak dia).

 Surat Asy Syu’ara ayat 32 sampai ayat 68 berkisah mengenai kelanjutan kejadian di atas. Tongkat Musa menjadi ular, tangan Musa memutih bercahaya. Firaun (yang masih mengaku Tuhan) panik dan meminta seluruh penyihir di dunia untuk berkumpul dan mengalahkan “aksi sihir” Musa. Para penyihir meminta imbalan kepada Firaun jika bisa mengalahkan sihir Musa, dan Firaun menjanjikan kedudukan pada para penyihir ini (salah satu bentuk mengontrol orang lain). Maka pada hari yang ditentukan, para penyihir berkumpul, orang-orang juga berkumpul untuk menyaksikan “kekalahan Musa sang penyihir.” Tentu saja sihir para penyihir dimakan oleh tongkat Musa. Para penyihir kemudian bersujud dan beriman kepada Alloh, Tuhan nya Musa dan Harun. Musa dan Harun lalu dipenjara karena membuat para penyihir menyembah Alloh. Atas perintah Alloh, malam harinya Musa membawa Bani Israil untuk kabur. Matari terbit saat pasukan Firaun yang segera mengetahui kaburnya para tahanan berhasil menyusul mereka. Musa, Harun, dan Bani Israil dihadang lautan di depan mereka dan Firaun beserta pasukan di belakang mereka. Maka laut terbelah oleh mukjizat dari tongkat Musa dan rombongan itu berhasil menyelamatkan diri.

Kisah Firaun di dalam Al-Quran berakhir dengan runtuhnya kekuasaan dan kerajaan Firaun. Musa pernah berdoa pada Alloh: Ya Alloh mengapa Firaun kaya dan bahagia.
Jawabannya adalah: Alloh Is about to destroy him. Bagaimana suatu bangsa hancur dan punah adalah dengan kesejahteraan sehingga mereka membolehkan dosa berlaku secara luas dan berakhir kebinasaan. Contohnya yang terjadi saat ini yaitu hal-hal memukau yang ingin kita lakukan adalah seputar musik (boyband Korea misalnya hehe), fashion yang bagus dan mahal (sepatu lari jutaan atau tas pinggang kulit atau jam mahal yang kita sangat ingin punya itu). Hal-hal inilah yang lebih dekat kepada dosa.

Beda cerita jika Alloh ingin membinasakan suatu kaum, pasti kaum itu akan dibuat tidak lagi memiliki hal baik sedikitpun. Jadi pada kasus ini boleh berdoa mengharapkan keburukan.

Tapi lebih baik fokus pada kontrol diri daripada mengharapkan hancurnya musuh. Fokus meminta pada Alloh untuk diberi kekuatan menghadapi, daripada mengharapkan kelemahan lawan bicara yang jahat, misalnya.

Penting untuk membuat koneksi pribadi dengan Quran. Karena Quran Berbicara kepadamu. Dari tiga jenis kebutuhan manusia (fisik, emosional, dan spiritual), penuhi kebutuhan sesuai jenisnya. Jangan atasi masalah emosi dengan solusi spiritual. Jangan suruh sabar, orang yang sedang bersedih karena anggota keluarga atau pasangan hidupnya meninggal. Tidak ada ayat Quran yang turun pada Nabi Yusuf yang menangisi kematian anaknya sampai matanya buta yang mengatakan, “Bersabarlah kau, Yusuf.” Tidak ada pula ayat Quran yang turun menegur Aisyah r.a. istri Rasulullah SAW untuk bersabar saat beliau marah di depan suami dan kedua orang tuanya.

Alloh (through Al-Quran) is gentle, soft, and understanding.

Siroh Nabi untuk anak-anak kebanyakan berisi kisah bahwa Alloh Destroys. Alloh Merusak. Membinasakan kaum-kaum. Menghukum para pendosa. Padahal ada banyak hal yang jauh lebih penting daripada mengingatkan bahwa perbuatan buruk akan dihukum Alloh: good manner dan emotional health.

Ternyata memang lebih baik mendengar sendiri kajiannya ya. Semoga suatu saat kajian ini diunggah oleh orang baik hati di youtube atau di kanal resminya. Seperti kajian pak Nouman biasanya, banyak canda dan ilustrasi jenaka di sela-sela kisah yang dibawakan. “Saya stress kalau harus khotbah Jumat, saya harus menahan diri dari melawak.”

Pukul 22 lewat 15 menit atau sekitar tiga setengah jam sejak beliau mulai berkisah, pak Nouman menutup kajian dengan salam. Hadirin sebagian keluar ruangan dengan tertib, namun tak sedikit yang merapat ke panggung mengantri bertanya, menyapa, atau wefie.

Di teras luar gedung aku melihat Dewi Sandra, mbak artis setengah bule yang hijrah itu, cantik tanpa makeup, tersenyum lebar ke semua mata yang saling beradu dengan matanya. Sepanjang tiga jam tadi ada dua perempuan berhijab di atas panggung, di ujung kiri. Satu orang menjadi penerjemah bahasa isyarat, lalu yang duduk di sebelahnya membantu menerjemahkan beberapa kata bahasa Inggris ke bahasa Indonesia jika sang penerjemah isyarat kesulitan mencerna semuanya. Belakangan kuketahui bahwa komunitas tunarungu dibawa oleh mbak Dewi Sandra untuk menghadiri kajian itu. Mungkin ini satu teladan dari berkah menjadi tenar dan kaya. Tapi semoga kita tidak menunggu kaya untuk berbagi.

 

Semoga kita semua dimudahkan Alloh untuk Mencari Ridho-Nya.

Aamiin.

 

 

 

The sobriety lane

I walk down this lane alone with ATPs left in my muscles and burning light in my chest.

I left my past behind me where I blamed so many people and so many things for my tears. I discarded so many ticks of the clock waiting for something that never came. I was so drunk, drunken by a huge wave of self-distrust, or self-contempt, i wasn’t sure, and i could barely stand, let alone walk.

While walking, i think of myself sometimes. How funny it is to lose the power to trust my strong self, while holding strong to a false believe that God isn’t very helpful.

What is ahead seems blurry but it promises me a future. The tiny light in my chest whispers me contentment and trust, and those are enough for me to keep walking.

I may be more vulnerable. I am helpless in God’s plan. But i am so strong i am invincible to whatever comes ahead of me. 

So here I am, Dear sobriety lane, try me, and i may stay sane and solid, and fully accepting of God’s best plans. 

Another Untitledness

I don’t know what I am up to.

It seems that I want time to go faster. But I don’t know what I am up to.

I can’t see what I am waiting for by wanting time to go faster.

It is boredom I am facing.

But boredom is the feeling you get when you are being ungrateful.

And how come I can’t be grateful?

When I have everything; a loving family, a nice shelter to sleep, something to learn, enough money to buy my needs, and things that I can’t even think of.

Now I sigh and wish time to run faster that it does.

There seems to be a boredom sneaking from inside my heart.

It might not be a boredom, though. Or it might be a boredom and something else. But i don’t know what.

If i don’t keep myself busy with worldly errands like laundry, meals, and social life then I would go blank.

I don’t know what I am up to.

I just don’t.