Parlu di Tugu*

* Partus (melahirkan) Luar di RSUD Tugurejo Semarang.

The best time killer so far (pembunuh waktu terbaik): adalah pengawasan bumil yang sudah bersalin, dengan membuat ‘gunung-gunungan’, sebagai tanda adanya kontraksi tiap sepuluh menit. Pengawasan bisa saja hanya setengah jam, langsung lahir. Tapi bisa juga sampai tujuh jam atau lebih lama lagi. Hoaaahhm, ngantuk deh.

Setengah jam sekali mendengarkan denyut jantung janin dengan alat kayu itu. “Bu, saya dengerin janinnya dulu ya,” hanya saat tidak ada kontraksi rahim. Harus hati-hati kalau ibu mengeluh, “Mbak kok rasanya mau eek ya?!”, bisa jadi sudah buka lengkap! Jangan sampai ibunya mau eek eh koasnya malah tidur. Hehehe Piss Nun..

***

Dan tentang proyek film itu, WHEN EAST MEETS WEST, yang menampilkan dua orang residen dari ujung barat dan timur Indonesia (dr. Gusfrizer yang dari Pekanbaru, Riau dan dr. Sandra dari Biak, Papua)…

Coba saja dengarkan kedua orang baik hati itu bercakap. Lucu! Sangat khas. Dengan nada tertentu yang membuat hati terhibur sejenak setelah kelelahan selama di bangsal kebidanan yang tak pernah sepi itu. Adegan di atas adalah dr. Gus dan dr. Sandra featuring dr. Sanjaya (dalam rangka menunjukkan bahwa Parlu kami dibimbing oleh mereka bertiga), yang sedang melakukan suatu hal *rahasia. Hehe.

***

Tentang roommate yang akan sekamar (lagi) denganku di Parlu sesi 2 di Puskesmas Halmahera Semarang….

Foto itu menunjukkan betapa seringnya jilbab kami kembaran *maksudnya saya yang menyamai jilbabnya, jauh setelah dia membelinya.

Before (saya) after (Ainun) untuk iklan pemutihan, pemulusan, pengurusan! Hehe.

Sekian laporan singkat dari Parlu di Tugu. Tunggu cerita selanjutnya ^^

Nguping RS Tugu

Suatu pagi buta di bangsal kebidanan.

Co-ass: Bu bidan, ini ada pasien yang mau SC cito*, tolong diurus ya Bu.

Bidan: Ha? Sekarang mbak?

Co-ass: Iya Bu, sekarang (dalam hati ingin bilang, ya iya sekarang lah, masa taun depan!)

*cito artinya segera